Hidup Adalah Sebuah Pilihan

Filed under: by: GreenGrass

Ada 2 buah bibit tanaman yang terdampar di tanah ladang yang subur.

Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, menjulangkan tunas-tunasku ke atas kerasnya tanah ini, aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan hangatnya mentari pagi dan kelembutan embun pagi dipucuk-pucuk daunku.

Dan bibit itupun tumbuh dan menjulang tinggi

Bibit yang ke 2 bergumam, “Aku takut, jika kutanamkan akarku ke tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana, bukankah di bawah sana gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Dan tunasku akan terkoyak.

Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak-anak kecil akan berusa mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu dan menemukan bibit yang kedua tadi, lalu mencaploknya segera.

Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup ini, selalu ada saja lakon-lakon dalam panggunmg kehidupan ini yang harus kita jalani, namun seringkali kita berada dalam kepesimisan, keraguan, kebimbangan, terlalu banyak pertimbangan, kengerian yang kita ciptakan sendiri. Kerap kita terbuai dengan alasan-alasan tertentu, entah itu secara financial, pengembangan karier, peradaptasian, situasi yang baru, jenjang jabatan dsb sehingga kita tidak mau melangkah dan tidak mau menatap hidup.

Memang dalam menetapkan pilihan dalam hidup mengandung banyak resiko, suatu ketika di tahun 1989 saya lulus test pegawai negeri dan dikirm ke daerah terpencil yang sangat jauh di pedalaman ulu mahakam. Saya menolak karena saya masih sangat muda baru berusia 19 tahun, dan tempatnya sangat jauh, dan tahun 1990 saya mengambil kursusn Komputer di Politeknik Negeri dengan empat paket program dan dapat menyelesaikannya dengan nilai yang bagus.

Tujuh tahun kemudian (tahun 1996) saya bekerja sebagai buruh tambang, dan dua tahun kemudian (tahun 1998) saya bertemu teman yang sama-sama lulus dalam test pada tahun 1989 dan ia menjadi seorang pegawai negeri sipil, dia sempat bertanya, “apakah saya tidak menyesal atas pilihan saya menjadi buruh?” karena menurut dia menjadi buruh tidak ada pensiunannya seperti pegawai negeri. saya menjawab,”Apapun pilihan saya itulah yang terbaik, dan saya sudah sangat menyadari sepenuhnya segala resiko atas pilihan hidup saya.”

Saya bersyukur saya bisa bekerja walau hanya sebagai seorang buruh. Saya sangat menyadari dan menerima resiko terburuk bahwa buruh tidak ada pensiunannya, dan untuk itu saya menyikapinya dengan bijaksana. Dan ketika saya menerima bonus produksi sekian persen dari basic saya, yang mungkin tidak ada diperusahaan lain, puji Tuhan itulah resiko yang terindah yang saya terima.

Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah jalan hidup klita dengan sedikit bijaksana.

Untuk mengubah dunia ini menjadi tempat yang nyaman bagi hidup kita, kadangkala kita perlu mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri dan bukan dengan mengubah dunia itu sendiri. Dan kadang jalan yang kita pilih curam, terjal, berliku dan berbatu tajam.

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories