
Apakah gagasan dan cita-cita Kartini saat itu yakni mengenai mitra sejajar dalam keluarga, tentang perkawinan, tentang peran orang tua dalam pendidikan anak, masih masih relevan dengan kindisi sekarang?
Mitra sejajar mengandung makna adanya dua pihak yang secara bersamaan saling mengisi, saling mendukung, saling menghormati kelebihan dan kekurangan pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Demikian halnya apabila mitra sejajar adalah suami dipihak yang satu dan isteri dipihak yang lain.
Komunikasi adalah sarana menyamakan pandangan ketika salah satu pihak kurang berkenan dengan mitranya. Istilah mitranya perlu ditekankan di sini, bukan lawannya karena ketika perempuan merasa menjadi pihak yang teraniaya, selanjutnya yang terjadi adalah suami harus dilawan. Perlawanan ini bisa berupa kata-kata, dengan omelan ynag akhirnya menyakitkan pihak lawan. Citra perempuan cerewet, suka mengatur, dst kemudian menjadi label yang melekat pada diri perempuan.
Apakah ini yang kau perjuangkan, wahai perempuan?
Jam tyerus berputar, hari berganti minggu, bulan menjelang akhirnya tahun baru datang menyambut. Sudahkah kaum perempuan mengisi hari-hari dengan hati, walau hal-hal yang kecil sekalipun? Karena perempuan lekat dengan hal-hal yang remeh, justru hal-hal kecil dan sepele itulah menjadi keunikan yang membedakan perempuan dengan mitranya. Keperkasaan kaum laki-laki, lebih tepat egoisme laki-laki atau bahkan gengsi laki-laki selayaknya tidak digunakan untuk menindas yang sepele dan kecil dari perempuan tadi. Saling mengisi dan melengkapi adalah keharmonisan yang harus terus dirawat secara bersama dan diikat erat dengan tali cinta kasih.
Dengan kasih pula perempuan telah membuktikan kemampuannya menjadi pejuang keluarga, ketika keperkasaan kaum laki-laki tak sanggup menanggung beban keluarganya. Berserak informasi tentang perjuangan perempuan kita baca melalui berbagai media. Dengan kemampuan seadanya dan dengan ide yang sederahana, berjualan makananpun sering menjadi tumpuan penopang kesulitan ekonomi keluarga.
Apabila kartini hadir di tengah-tengah kaum perempuan saat ini, akan tersenyum bangga menyaksikan eksistensi kaumnya mengisi ruang-ruang publik yang bisa diperebutkan antara kaum laki-laki dan perempuan.
Ketika kaum perempuan berdaya dan berjaya di ruang publik, siapapun mereka harus menghargai kaum perempuan lainnya yang telah menopangnya. Lebih luas dalam lingkup nasional ternyata kaum perempuan adalah mampu menunjukkan kemampuan mereka. Dengan kelemahlembutan dan keunikan khas perempuan, serta saling membarikan dukungan antar kaumnya, lahirlah perempuan-perempuan yang perkasa, mengisi ruang-ruang kosong yang ditinggalkan oleh kaum laki-laki atau kaum laiki-laki gengsi mengisinya.
Kartini sekarang adalah anda perempuan saat ini yang telah mengisi lembaran hidup dalam keluarga, dunia kerja dan mereka yang mengabdikan diri dirinya untuk kaum lemah dan tak berdaya.
0 comments: