Dalam hidup ini kia selalu berhadapan dengan situasi yang menuntut kejujuran, berlaku jujur sangat mudah diucapkan, tapi pada kenyataannya sulit duilaksanakan. Bayangkan dalam keadaan yang “terjepit” bila berkata jujur maka kita akan kehilangan sesuatu/keuntungan yang besar yang sudah berada dalam genggaman. Sebaliknya bila kita mau “sedikit” berdusta bukan hanya keuntungan yang diperoleh tetapi juga kebanggaan dapat diraih.
Sebenarnya kejujuran tidak ada kaitannya dengan untung dan rugi. Kejujuran adalah Sikap dan perilaku yang tdak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya, berani mengakui kesalahan dan rela berkorban untuk kebenaran. Kejujuran bukanlah sebuah pilihan. Seseorang melakukan dusta, karena ia memilih untuk berdusta. Kejujuran muncul dari hati nurani yang tak bisa dibungkam, meski ia berbisik sangat lirih.
Kejujuran ini bersahabat dengan kesetiaan dan kerendahan hati, kesetiaan adalah sikap perilaku yang menunjukkan keterikatan atas perujanjian yang telah dibuat, kita sebagai karyawan telah mengalami keterikatan kita dengan perusahaan tempat kita bekerja, dan kita juga mengalami keterikatan dengan semua peraturan yang telah ditetapkan.
Sebagai mahluk yang mulia dan lebih tinggi dari mahluk ciptaan lainnya, kita memiliki hati nurani dan kejujuran muncul dari hati nurani kita dan membisikkan sesuatu yang benar. Dan bila setiap bisikan yang muncul kita taati, maka suara hati kita semakin jelas dan terang. Nmaun sebaliknya bila suara hati kita abaikan, maka suara hati kita semakin lirih, bahkan tidak terdengar sama sekali sehingga timbullah perbuatan yang curang dan berkata-kata bohong.
Kejujuran kita diuji dengan dua hal yaitu apakah kita berani jujur pada diri sendiri? Karena tidak ada orang lain yang tahu apa yang akan kita lakukan selain diri kita sendiri. Dan apakah kita berani jujur kepada Tuhan? Karena orang lain tidak ada yang tahu, dan hanya Tuhan yang tahu isi hati kita. Tuhan juga tidak akan mengatakan kepada orang lain bahwa kita tidak jujur.
Kalau kita sudah memiliki kejujuran dalam integritas yang utuh, yaitu jujur kepada Tuhan dan jujur kepada diri kita sendiri, maka kita memiliki kesetiaan dalam keterikatan atas perjanjian yang telah dibuat antara kita sebagai karyawan dan pengusaha/management. Dalam keterikatan atas perjanjian, maka kita harus melaksanakan segala ketentuan dan peraturan perusahan dengan penuh kerendahan hati.
Kalau kita tidak mampu menjadi jalan raya, jadilah jalan setapak yang membawa orang ke mata air. Di sebuah kapal tidak semaua menjadi nakhoda, tentu ada awak kapalnya, bukan pekerjaan besar yang membuat kita menjadi luar biasa, tetapi bagaimana pekerjaan yang kecil kita kerjakan dengan cara yang luar biasa.
Sebenarnya kejujuran tidak ada kaitannya dengan untung dan rugi. Kejujuran adalah Sikap dan perilaku yang tdak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya, berani mengakui kesalahan dan rela berkorban untuk kebenaran. Kejujuran bukanlah sebuah pilihan. Seseorang melakukan dusta, karena ia memilih untuk berdusta. Kejujuran muncul dari hati nurani yang tak bisa dibungkam, meski ia berbisik sangat lirih.
Kejujuran ini bersahabat dengan kesetiaan dan kerendahan hati, kesetiaan adalah sikap perilaku yang menunjukkan keterikatan atas perujanjian yang telah dibuat, kita sebagai karyawan telah mengalami keterikatan kita dengan perusahaan tempat kita bekerja, dan kita juga mengalami keterikatan dengan semua peraturan yang telah ditetapkan.
Sebagai mahluk yang mulia dan lebih tinggi dari mahluk ciptaan lainnya, kita memiliki hati nurani dan kejujuran muncul dari hati nurani kita dan membisikkan sesuatu yang benar. Dan bila setiap bisikan yang muncul kita taati, maka suara hati kita semakin jelas dan terang. Nmaun sebaliknya bila suara hati kita abaikan, maka suara hati kita semakin lirih, bahkan tidak terdengar sama sekali sehingga timbullah perbuatan yang curang dan berkata-kata bohong.
Kejujuran kita diuji dengan dua hal yaitu apakah kita berani jujur pada diri sendiri? Karena tidak ada orang lain yang tahu apa yang akan kita lakukan selain diri kita sendiri. Dan apakah kita berani jujur kepada Tuhan? Karena orang lain tidak ada yang tahu, dan hanya Tuhan yang tahu isi hati kita. Tuhan juga tidak akan mengatakan kepada orang lain bahwa kita tidak jujur.
Kalau kita sudah memiliki kejujuran dalam integritas yang utuh, yaitu jujur kepada Tuhan dan jujur kepada diri kita sendiri, maka kita memiliki kesetiaan dalam keterikatan atas perjanjian yang telah dibuat antara kita sebagai karyawan dan pengusaha/management. Dalam keterikatan atas perjanjian, maka kita harus melaksanakan segala ketentuan dan peraturan perusahan dengan penuh kerendahan hati.
Kalau kita tidak mampu menjadi jalan raya, jadilah jalan setapak yang membawa orang ke mata air. Di sebuah kapal tidak semaua menjadi nakhoda, tentu ada awak kapalnya, bukan pekerjaan besar yang membuat kita menjadi luar biasa, tetapi bagaimana pekerjaan yang kecil kita kerjakan dengan cara yang luar biasa.
0 comments: