Perkataan Yang Membawa Berkat

Filed under: by: GreenGrass

“Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang”(Ams 16:24)

Manusia dari tingkatan permukaan sampai ke tingkatan hati dan jiwa, memang pernah ditelusuri banyak ilmuwan. Dari psikolog sigmund Preud, Carl jung, sosiolog Max Weber, Antony Giddens, juga fisikawan Frijof Capra. Sederetan ilmuwan itu tentu membantu pemahaman kemudian. Tidak saja dijaman mereka hidup, tetapi melebar ke waktu sesudahnya.

Kedalaman hasilnya, memang amat tergantung pada ketekunan seseorang dalam mencari dan menggali. Dan para seniman lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya melalui bahasa-bahasa metaforanya sedang bercakap-cakap dengan diri mereka sendiri. Dan pembaca serta pendengarnya pun bercakap-cakap dengan diri mereka sendiri.

Yang layak kita renungkan, orang yang mengalami kecacatan lebih dari satu, mereka memang tidak sempurna bila dibandingkan dengan orang-orang yang normal, tetapi orang-orang cacat bertubuh sempurna dalam keberadaan mereka sendiri. Bagi pikiran yang dipenuhi kepintaran dan hanya bisa bergerak jika ada perbandingan dan penggambaran kesempurnaan seperti itu tentu saja menghentak. Kesempurnaan ternyata ada diluar perbandingan, ini menerangkan sekaligus membebaskan. Berbeda sekali dengan sejumlah orang-orang yang normal, dimana kesempurnaan menjadi sangat langka, karena penuh perbandingan sekaligus penghakiman.

Jangankan anak-anak cacat, isteri, suami, atasan, bawahan, orang tua, tetangga, pemerintah, anggota legislative, anggota yudikatif, semua terlihat jauh dari sempurna karena dibandingkan. Lebih-lebih perbandingan ini dibumbui penghakiman, Tidak saja yang dibandingkan dan yang dihakimi yang terlihat kurang sempurna, pihak yang membandingkan dan menghakimi juga bergerak ke tataran yang semakin tidak sempurna. Kata lebih, entah lebih baik maupun lebih buruk, memang tidak sekedar jembatan pemahaman, ia juga serangkaian penghakiman yang bisa membebaskan atau menakutkan.

Bukankah perang, teror, konflik, perceraian dan sejenisnya lahir dari manusia yang merasa diri lebih benar? Adakah yang merasa kesombongan demikian berkuasanya di dalam ketika manusia menyebut diri lebih baik? Adakah yang melihat kalau minder dasn tidak percaya diri sudah merampok demikian sadisnya ketika manusia menyebut diri lebih buruk?

Barangsiapa saja yang tekun dalam perjalanan percakapan yang membawa berkat, setiap pemberhentian sementara diikuti oleh perjalanan pertanyaan berikutnya. Hati yang mana? Hati yang diselami kata-kata atau hati yang diselami cinta keseharian?

Sumber : Gede Prama-Sinar Harapan

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories