“Saudara-saudara memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.(Gal 5:13)
Kita telah merayakan peringatan 65 tahun Indonesia merdeka, kita telah hidup dialam kemerdekaan ini sepanjang 65 tahun. Kita hidup dialam kemerdekaan ini yang penuh dengan kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rekayasa, kepalsuan, dan hukum yang bisa dibeli. Maka dalam peringatan 65 tahun Indonesia merdeka ini ada pertanyaan yang mengelitik, “Apakah selama 65 tahun kita hidup dialam kemerdekaan ini kita sudah betul-betul merdeka”? “Apakah kita berani berbicara tentang kemerdekaan”? Ataukah kita hanya diam membisu tatkala kita melihat petugas satpol PP mengobrak-abrik dan yang lebih dramatis pembongkaran paksa rumah-rumah penduduk dan PKL dengan alasan penataan kota dsb.
Dalam situasi seperti ini, apakah kemerdekaan bisa hidup? Apabila tidak ada roh; kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rekayasa, kepalsuan, korupsi, kolusi dan nepotisme, maka kemerdekaan akan hidup, bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam peringatan ke 65 Indonesia merdeka ini kita sebagai anak-anak Tuhan perlu merefleksikan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh dengan kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rekayasa, kepalsuan, intrik-intrik dan rekaya serta hukum yang bisa dibeli dan diatur. Kita menatap masa depan kemerdekaan ini dengan penuh optimisme dalam membangun Indonesia yang bebas dari; kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rakayasa, kemiskinan, pemaksaan, pemalsuan, korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kalau Allah adalah kasih, maka kita harus mengasihi sesame seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Apabila Allah memperhatikan kita maka kita juga harus memberikan perhatian yang serius dan tulus kepada sesama. Apabila Allah itu adil maka kita harus bersikap adil juga kepada sesama tanpa batasan budaya, gender, ras bahasa, status, agama dsb. Apabila Allah itu adalah lemah lembut maka kita harus hidup dalam persahabatan yang tulus. Apabila Allah adalah kebenaran maka kita harus mampu memgimplementasikan kebenaran dalan berbagai bidang kehidupan dan menuntun sesama sehingga terbebas dari jalan yang sesat dan salah.
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus memperjuangkan kemerdekaan sejati seperti yang dimaksud Alkitab yaitu menghadirkan dan memberlakukan norma-norma kemerdekaan diseluruh bidang kehidupan; politik, hukum, hak azasi, ekonomi, kesehatan, tenaga kerja dsb.
Kita telah merayakan peringatan 65 tahun Indonesia merdeka, kita telah hidup dialam kemerdekaan ini sepanjang 65 tahun. Kita hidup dialam kemerdekaan ini yang penuh dengan kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rekayasa, kepalsuan, dan hukum yang bisa dibeli. Maka dalam peringatan 65 tahun Indonesia merdeka ini ada pertanyaan yang mengelitik, “Apakah selama 65 tahun kita hidup dialam kemerdekaan ini kita sudah betul-betul merdeka”? “Apakah kita berani berbicara tentang kemerdekaan”? Ataukah kita hanya diam membisu tatkala kita melihat petugas satpol PP mengobrak-abrik dan yang lebih dramatis pembongkaran paksa rumah-rumah penduduk dan PKL dengan alasan penataan kota dsb.
Dalam situasi seperti ini, apakah kemerdekaan bisa hidup? Apabila tidak ada roh; kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rekayasa, kepalsuan, korupsi, kolusi dan nepotisme, maka kemerdekaan akan hidup, bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam peringatan ke 65 Indonesia merdeka ini kita sebagai anak-anak Tuhan perlu merefleksikan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh dengan kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rekayasa, kepalsuan, intrik-intrik dan rekaya serta hukum yang bisa dibeli dan diatur. Kita menatap masa depan kemerdekaan ini dengan penuh optimisme dalam membangun Indonesia yang bebas dari; kekerasan, ketidakadilan, penipuan, rakayasa, kemiskinan, pemaksaan, pemalsuan, korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kalau Allah adalah kasih, maka kita harus mengasihi sesame seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Apabila Allah memperhatikan kita maka kita juga harus memberikan perhatian yang serius dan tulus kepada sesama. Apabila Allah itu adil maka kita harus bersikap adil juga kepada sesama tanpa batasan budaya, gender, ras bahasa, status, agama dsb. Apabila Allah itu adalah lemah lembut maka kita harus hidup dalam persahabatan yang tulus. Apabila Allah adalah kebenaran maka kita harus mampu memgimplementasikan kebenaran dalan berbagai bidang kehidupan dan menuntun sesama sehingga terbebas dari jalan yang sesat dan salah.
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus memperjuangkan kemerdekaan sejati seperti yang dimaksud Alkitab yaitu menghadirkan dan memberlakukan norma-norma kemerdekaan diseluruh bidang kehidupan; politik, hukum, hak azasi, ekonomi, kesehatan, tenaga kerja dsb.
0 comments: