Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal. (1 Tes 5:16-18)
Sungguh, betapa indahnya dan berkenannya diri kita di hadapan Allah jika kita senantiasa bersukacita, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal!
Saya merasa tidak enak kepada Tuhan karena saya tidak bisa seperti itu selalu. Mungkin, saya tidak bisa bersukacita senantiasa, karena tidak selalu memandang ke Sorga. Mungkin, saya belum bisa selalu berdoa, karena masih punya sikap yang mengandalkan diri saya, dan masih belum cukup rendah hati di hadapan Tuhanku. Mungkin, saya masih tidak selalu mengucap syukur dalam segala hal, karena masih egois dan menyimpan keserakahan serta keinginan akan dunia ini.
Namun, hal yang bisa kita sadari ialah bahwa ketika kita bisa bersukacita senantiasa, tetap berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal, hidup kita jadi penuh dengan damai sejahtera dari Allah. Dan ketika damai sejahtera menguasai hidup kita, di situ tak ada cela yang bisa diserang oleh musuh kita Iblis. “Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu.” (Rom 16:20).
Allah dengan jelas menyatakan bahwa kita bersukacita senantiasa, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak-Nya di dalam Yesus Kristus. Dan kita tahu bahwa kehendak Allah atas diri kita adalah kebaikan belaka. Jadi, marilah kita bersukacita senantiasa dengan segenap hati di hadapan Allah, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal kepada-Nya.
Iblis hancur dan kalah ketika kita bersukacita, berdoa dan mengucap syukur
Jika Yesus berjalan di atas air pada saat hari cerah dan laut tenang, rasanya para murid akan tepuk tangan dan melonjak-lonjak menyambut kedatangan-Nya. Namun, saat itu malam gulita dan cuaca buruk. Murid-murid kepayahan mendayung perahu melawan badai. Kemunculan-Nya yang dramatis dan tidak lazim bukannya membangkitkan harapan, melainkan memperparah kecemasan dan ketakutan mereka. Tak heran mereka mengira Dia hantu!
Bukankah kita kerap mengalami persoalan serupa? Kita kepayahan menghadapi masalah hidup dan sangat mengharapkan pertolongan Tuhan. Namun, kita sulit mengenali Dia karena cara kedatangan-Nya di luar dugaan kita. Atau, bentuk pertolongan-Nya berlawanan dengan keinginan kita. Bukannya membaik, keadaan tampaknya malah semakin memburuk. Dan, kita mengira tengah dicobai oleh Iblis!
Benarkah? Seseorang pernah menulis puisi: Ia meminta kekuatan, dan Allah memberinya kesulitan untuk menjadikannya kuat. Ia meminta hikmat, dan Allah memberinya masalah untuk dipecahkan. Ia meminta kemakmuran, dan Allah memberinya otak dan kegigihan untuk bekerja. Ia meminta keberanian, dan Allah memberinya bahaya untuk diatasi. Ia meminta kasih, dan Allah memberinya orang bermasalah yang perlu ditolong. Ia meminta kemurahan, dan Allah memberinya kesempatan. Ia tidak menerima satu pun yang diinginkannya; ia menerima segala sesuatu yang diperlukannya. Doanya terjawab.
Lain kali, saat keadaan berlawanan dengan harapan kita, bersiaplah: Jangan-jangan Tuhan malah tengah datang mendekat!
TUHAN TIDAK BERJANJI MEMUASKAN KEINGINAN KITA NAMUN DIA PASTI MENCUKUPKAN KEBUTUHAN KITA
0 comments: