"Kiranya Engkau sekarang berkenan
memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk
selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk
selama-lamanya." (1 Tawarikh 17:27)
Pengertian
Keluarga Kristen
Keluarga adalah persekutuan hidup
antara ayah, ibu, dan anak-anak. Inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau
keluarga inti. Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah sendiri yakni
keluarga Adam Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus ayah dari
Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel;
Kain dan Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini
pertama yang dibentuk oleh Allah
Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri. Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus.
Pentingnya
Keluarga
Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is
There a Family in the House? memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam
lima identifikasi, yaitu:
1. Keluarga merupakan
tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan
rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai potensi
untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat memberi energi, perhatian, komitmen,
kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah
Yesus Kristus.
2. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam
keluarga setiap orang bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di
dalam keluarga landasan kehidupan anak dibangun dan dikembangkan.
3. Keluarga merupakan
tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan. Barangkali orang lain
sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam
keluarga kita mendapat perhatian dan perlindungan.
4. Keluarga merupakan
tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota
keluarga dan saling belajar hal yang baik.
5.
Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan
penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup.
Seringkali permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami
istri, masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan masalah ekonomi. Namun,
keluarga yang membiarkan Kristus memerintah sebagai Tuhan atas hidup mereka
pasti dapat menyelesaikan semua permasalahan.
Hubungan,
Kebersamaan, dan Tanggung Jawab dalam Keluarga
Bagaimanakah bentuk hubungan dalam
keluarga? Bagimanakah bentuk hubungan antara suami dan istri, orang tua dengan
anak, dan anak dengan orang tua? Untuk mengetahui bentuk hubungan ini dapat
dilihat dalam Efesus 5:22-23; 6:1-4; Kolose 3:18-21. Berdasarkan ayat-ayat
tersebut bentuk hubungan dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1) Suami
mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada istrinya; 2) Istri tunduk
dan taat kepada suami dalam segala hal; 3) Orang tua mendidik anak-anak di
dalam ajaran dan nasihat Tuhan, serta tidak membangkitkan amarah anak-anaknya;
4) Anak-anak menghormati dan menaati orang tuanya.
Keluarga adalah suatu lembaga atau unit yang paling kecil dalam masyarakat. Keluarga Kristen khususnya adalah miniatur dari keluarga gereja. Sebuah keluarga adalah suatu tim dalam persekutuan hidup bersama antara ayah, ibu, dan anak-anak. Persekutuan bersama dalam keluarga bersifat dinamis dan harus dijaga keharmonisannya. Untuk menjaga kebersamaan dalam keluarga maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyembah dan melayani
Tuhan bersama-sama di gereja lokal;
2) Berdoa bersama-sama atau
mezbah keluarga;
3) Mengatur keuangan
bersama-sama;
4) membuat dan menetapkan rencana untuk masa
depan bersama-sama;
5) Biasakan makan
bersama-sama;
6) Melaksanakan peran dan
tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan hubungan diatas setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
1) Tanggung jawab suami
terhadap istri antara lain: mengasihi dan menyayangi istrinya; memelihara dan
melindungi; menghargai dan menghormati; memimpin seluruh anggota keluarga.
2) Tanggung jawab istri
terhadap suami antara lain: Penolong, teman dan sahabat bagi suaminya; merawat
dan mengatur seisi rumah; rendah hati untuk tunduk pada suami; dan
memperhatikan kecantikan pribadi lebih dari kecantikan lahiriah.
3) Tanggung Jawab orang tua
terhadap anak-anaknya antara lain: merencanakan masa depan mereka; merawat dan
memelihara mereka; mengasuh dan mencukupi kebutuhan mereka; mengasihi mereka;
mengajar, mendidik, dan membimbing mereka; memberi teladan dan bersaksi bagi
mereka.
4) Tanggung jawab anak
terhadap orang tua antara lain: membantu orang tua dalam memelihara seisi
rumah; mengerjakan tugas-tugas yang diberikan orang tua; dan belajar dibawah
bimbingan orang tua.
Keluarga
Kristen Sebagai Teladan dalam Perbuatan Baik
Semua anggota keluarga Kristen wajib
berbuat baik. Kenapa setiap orang Kristen wajib berbuat baik? Karena Tuhan
telah berbuat baik kepada kita terlebih dahulu. Dengan cara apa Tuhan berbuat
baik kepada manusia?
1) Karena Tuhan telah
menciptakan alam semesta untuk dikelola manusia;
2) Karena Tuhan telah mencipta dan memberi
kehidupan kepada kita;
3) Karena Tuhan telah menebus
kita dari kuasa dosa;
4) Karena Tuhan telah
menyediakan kehidupan yang kekal untuk kita. Demikianlah perbuatan baik Tuhan
yang Ia berikan kepada manusia. Hal inilah yang menyebabkan setiap anggota
keluarga Kristen wajib berbuat baik dan menjadi teladan dalam hal perbuatan
baik ini.
Setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun adalah sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan yang telah berbuat baik kepada kita (Kolose 3:23). Perbuatan baik apapun yang kita lakukan bukanlah untuk mendapat pujian tau penghargaan, melainkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Sebagai contoh. Suami berbuat baik kepada istri dan anak-anaknya, istri berbuat baik kepada suami dan anak-anaknya, anak-ana erbuat baik kepada orang tua dan saudara-saudaranya dan setiap anggota keluarga Kristen berbuat baik kepada setiap orang. Tuhan Yesus berkata “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16)
Kebutuhan
Keluarga Saat Ini
Memperhatikan penting dan strategisnya
peranan keluarga, Paul Meier seorang psikiater Kristen Amerika mengusulkan lima
aspek yang harus terus bertumbuh dalam kehidupan sebuah keluarga, yaitu:
1) Kasih di antara suami istri
dan di antara orang tua terhadap anak harus terus meningkat (1 Korintus
13:4-7). Apakah kasih itu? Menurut Meier, kasih mencakup komitmen, perhatian,
perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang
seharusnya berlanjut dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan
secara fisik. Kasih itu harus diungkapkan dalam perbuatan nyata, saling
berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga diaktualisasikan ketika menghadapi
masalah, memikiul tugas dan tanggung jawab hidup. Ketiadaan kasih diantara
orang tua dapat dirasakan oleh anak, akibat selanjutnya adalah menggangu
pertumbuhan watak mereka.
2) Harus ada disiplin yakni
tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan orang tua bagi anak
mereka. Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa
pembentukannya. Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin
sebenarnya berarti pemberitahuan, penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan.
Melalui disiplin anak dimampukan mengenali dan memilih serta mewujudkan
pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin orang tua bagi anak-anaknya juga
berkaitan dengan pembentukan iman anak melalui pengajaran, percakapan,
komunikasi formal, dan non formal. Alkitab mengajarkan bahwa orang tualah yang
paling bertanggung jawab mengajari anak-anaknya dalam iman dan moral secara
berulang-ulang dengan berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam
pengenalan akan Tuhan (Baca: Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).
3) Pentingnya konsistensi
yaitu aturan yang dianggap benar, terus menerus dinyatakan dan diterapkan orang
tua. Aturan tersebut tidak boleh hanya penuh semangat diterapkan satu minggu
atau beberapa hari saja kemudian tidak dilaksanakan lagi, melain terus menerus
dan konsisten. Penetapan aturan yang harus diikuti anak semestinya
mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan anak. Perlu dipahami bahwa cara anak
menanggapi aturan berbeda-beda sesuai tingkat usia dan tahap perkembangan
mereka.
4) Mendesaknya keteladanan
orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam segi perkataan, sikap, penampilan
dan perbuatan (Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21). Para ahli psikologi dan
pendidikan menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar,
merasakan dan meniru. Selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya apa yang
didengar dan dilihat, seiring dengan perkembangan kognitifnya. Jika anak
mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk, ia memandang itu sebagai yang
“benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang telah mengingatkan para orang
tua supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa
anak-anak mereka bertumbuh dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh dari atau
menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).
5) Peran suami sebagai kepala
rumah tangga harus dilaksanakan. Ini merupakan ketetapan Allah bagi setiap
keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan, maka
istri harus memberi kesempatan dan dukungan agar. Inilah perannya sebagai
penolong yang sepadan bagi suaminya. Suami yang takut akan Tuhan dan menjadi
pimpinan yang melayani di dalam keluarganya dinyatakan akan berbahagia; berkat
Tuhan akan hadir dan nyata dalam kehidupan istri, anak-anak dan pekerjaannya.
Inilah yang dilakukan oleh Yosua terhadap keluarganya. Ia mendemonstrasikan
peran ini ketika berkata “… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b).
Peranan orang tua terutama, seorang suami untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan berlaku dalam Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian banyak peranan suami dalam Alkitab, dua hal yang paling menonjol, yaitu:
1) Peranan suami sebagai
kepala rumah tangga. (Efesus 5:22-29). Sebagai kepala rumah tangga suami adalah
pemimpin keluarga dan pengambil keputusan; pengayom bagi semua anggota
keluarga; pelindung yang melindungi dan bertanggung jawab; mendidik, menegor
dan menasihati. (Efesus 6:4); memberi contoh dan teladan yang baik bagi
keluarga.
2) Peranan suami sebagai imam.
Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur ibadah dalam keluarga; Berdoa
setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga bagi
dirinya sendiri.
Dengan kata lain, keluarga asal
dianggap paling berperan dan berharga dengan berbagai dinamika dan kondisi
apapun. Karena itu, dalam Mazmur 78:5 dituliskan, “Telah ditetapkan-Nya
peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita
diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka”. Tuhan
memerintahkan agar para orangtua memperkenalkan kisah perbuatan-Nya yang ajaib
dalam sejarah Israel dan hukum-hukum-Nya kepada anak-anak mereka. Hal ini
bertujuan agar anak-anak hidup taat akan Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya.
Orangtualah penanggung jawab utama pendidikan rohani bagi anak-anaknya.
Tanggung jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru disekolah maupun
sekolah minggu karena waktu yang mereka miliki untuk bergaul dengan anak-anak
di sekolah aupun di gereja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang
dimiliki oleh orangtua.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa
karakter, tata nilai, dan cara beriman kita muncul dan berkembang dari keluarga
tempat dimana kita dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu betapa pentingnya
kehidupan keluarga yang baik, yang sesuai dengan prinsip Alkitab (2 Timotius
3:16-17). Syarat ini diperlukan untuk membentuk generasi yang berkarakter mulia
sesuai dengan kehendak Allah
0 comments: