Sejak awal mula Allah menghendaki persatuan antara pria dan wanita, yang diwujudkan secara mendalam di dalam Perkawinan. Perkawinan ini dimaksudkan Allah untuk menggambarkan kasih-Nya, yaitu kasih dalam kehidupan-Nya sendiri sebagai Allah Tritunggal, kasih-Nya kepada manusia yang tak pernah berubah. Keluhuran Perkawinan juga dinyatakan oleh Kristus, yang mengangkat nilai Perkawinan dengan menjadikannya gambaran akan kasih-Nya kepada Gereja-Nya. Karena itu Perkawinan Katolik bersifat tetap seumur hidup, setia, monogami, terbuka terhadap kelahiran baru. Dengan memiliki ciri-ciri yang demikian, Perkawinan merupakan ’Sakramen’, yaitu tanda kehadiran Allah di dunia, sebab sesungguhnya Allah menggabungkan kasih suami istri dengan kasihNya sendiri kepada umat manusia. Perkawinan melibatkan tiga pihak, yaitu, suami, istri di atas segalanya, Kristus sendiri.
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.(Ef 5:22-24) Isteri melayani keperluan suami dan anak-anak, menyiapkan sarapan, pakaian kerja bagi suami, segaram sekolah bagi anak-anak dengan penuh cinta dan tulus. “Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya”(Ams 12:4)
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.(Ef 5:26-28)
Suami harus memberikan 2 hal yaitu :
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.(Ef 5:22-24) Isteri melayani keperluan suami dan anak-anak, menyiapkan sarapan, pakaian kerja bagi suami, segaram sekolah bagi anak-anak dengan penuh cinta dan tulus. “Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya”(Ams 12:4)
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.(Ef 5:26-28)
Suami harus memberikan 2 hal yaitu :
1. kesetiaan : suami harus jujur, terbuka, tidak menyimpan rahasia terhadap isteri, menjaga perasaan isteri, memberikan motivasi pada saat isteri mengalami down mental, tidak berbuat semena-mena, tidak mabuk-mabukkan, tidak main judi, tidak mendua hati dan mengasihi isteri seperti suami mengasihi dirinya sendiri.
2. tanggungjawab: suami harus memberikan uang belanja yang cukup sehingga isteri dapat membeli semua keperluannya (pakaian, make-up, perhiasan dan keperluan rumah tangga) Sebuah apel akan sangat segar apabila dibelah 4 dan dimakan bersama isteri dan dua putra anda. Dan sekaleng sprite akan lebih nikmat apabila dimunum berempat dengan isteri dan dua putra anda. Betapa lezatnya satu kotak nasi bila anda makan bersama isteri dan dua putra anda. Dan bila semua itu anda lakukan dengan iklas, maka anda akan merasakan sesuatu yang luar biasa indah
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.(Ef 6:4) Orangtua harus menjaga, merawat, mendidik anak dengan penuh; tanggungjawab, kesetiaan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan pengabdian yang tulus.
Nilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup, bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan; bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.(Ministry)
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.(Ef 6:4) Orangtua harus menjaga, merawat, mendidik anak dengan penuh; tanggungjawab, kesetiaan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan pengabdian yang tulus.
Nilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup, bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan; bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.(Ministry)



0 comments: