4 Pilar Dalam Membangun Keluarga

Filed under: , by: GreenGrass

Saya: YULIUS KULEH, Yulius diambil dari nama Paus Julius I dan lahir 04 Juli 1970, Kuleh nama kecil dalam bahasa Dayak Bahau adalah Macan dahan.
Saya anak tunggal, ayah saya meninggal pada saat saya berusia 8 bulan, saya sangat dekat dengan Ibu saya, saya tumbuh menjdi pemuda yang penurut dan patuh, saya pintar masak, bahkan sampai membuat kue-kue saya pun bisa. Pekerjaan rumah yang paling saya suka adalah mencuci piring, kalau saya menjemur pakaian, pakaian yang sama dan warna yang sama saya jemur dalam satu barisan. Saya tidak pernah tahu seperti apa wajah ayah saya,, kata orang saya sangat mirip dengan ayah saya, makanya ayah saya cepat meninggal, buat saya semua yang terjadi pada saya adalah rencana Allah yang terindah. Saya rajin belajar, membaca buku apa saja, namun saya sangat suka mengkhayal, karena menurut saya mengkhayal adalah pekerjaan yang tidak merugikan, menyakiti, menyinggung dan mengganggu orang lain.

Di sekolah saya cukup berprestasi, pada tahun 1987 saya terpilih mengikuti CEPAT TEPAT tingkat SLTA se-kaltim walaupun kalah dari sekolah lain saya sangat senang karena bisa ditayangkan di TVRI stasiun Balikpapan dan sekaligus saya sangat sedih karena ayah tidak bisa melihat dan menyaksikan saya di TV, dan seandainya beliau hidup pasti beliau bangga memiliki putra yang baik, cerdas, rajin dan penurut. Ibu saya menikah lagi dan dikarunia 3 anak perempuan dan hubungan kami baik.

Pada Juli 1995 saya mudik mengunjungi keluarga, nenek, paman dan bibi. Ketika saya tiba paman dan bibi mengadakan syukuran dan yang diundang semua gadis-gadis sekampung, Dan di tunjuk seorang gadis yang mungil berambut panjang, saya katakana, “saya sudah punya pacar”. Kata nenek, “kalau kamu menikah di sini, kamu pasti datang ke sini mengunjung keluarga isterimu, dan pasti bertemu dengan kami, kamu hanya satu yang masih dilihat, ayahmu sudah tiada”. Mendengar kata nenek saya jadi sedih juga, akhirnya saya menerima tapi dengan syarat: katolik, minimal SMA, bisa saya bawa ke tempat saya bekerja, baik hati. Dan ternyata gadis ini katolik, baru selesai wisuda, dan mau mengikuti saya dan baik hati, rajin. Yaa gimana lagi…saya tidak ada alasan lagi. Dua hari kemudian diadakan acara tukar cincin, yang dihadiri Kepala Adat, Ketua Umat, semua keluarga bahagia, terutama nenek, yaa…. Tanggal 16 Februari 1996 saya menikahi Yustuna Juwina, upacar pemberkatan nikah dipimpin Pastor Sinema, MSF, tanggal 20 kami pulang ke tempat saya bekerja, kami menyewa bangsal petak kecil, kami memulai hidup dari nol.

Membangun keluarga tidak perlu pacaran bertahun-tahun, yang penting memiliki komitmen bahwa perpaduan cinta suami dan isteri ditingkatkan menjadi Sakramen, sakramen Perkawinan dimana lembaga keluarga adalah lembaga yang didirikan oleh Allah sendiri. (Kej 1:28)
Didalam membangun keluarga dibutuhkan 4 pilar yang kokoh:
1. Dinamis: Membangun kelurga dinamis, selalu berkembang, dulu saat masih bujangan, kita sendirian bebas kemana saja kita suka, mau makan dimana saja, sabun mandi satu batang cukup sebulan, pasta gigi satu cukup untuk lima bulan kalo jarang menyikat, begitu gajian uang langsung habis tidak masalah. Pada saat membangun keluarga, kita sudah berdua, saat mau pergi kita perlu pamit sama isteri, kalau mau makan yaa berdua, sabun tidak cukup satu batang sebulan, kita tidak boleh tidak ada uang sama sekali, mungkin ada kebutuhan mendadak. Berikut kita mempunyai anak, yang juga butuh biaya perawatan, kasih sayang, perhatian, kini perhatian isteri terbagi antara suami dan si buah hati, isteri harus momong, sehingga tidak sempat membuat sarapan, menyiapkan pakaian kerja, dsb.
2. Peduli: Membangun keluarga dibutuhkan kepedualian yang tinggi, kita harus peduli pada isteri, anak seperti kita peduli pada diri kita sendiri, baik kebutuhan jasmani maupun rohani isteri dan anak (sandang, pangan, papan dan perhatian dan kasih sayang) saat di kantor kita telpon isteri menanyakan sesuatu walaupun itu tidak penting tapi itu adalah bagian dari sikap peduli kita.
3. Intergritas: Membangun keluarga dibutuhkan kejujuran, jujur adalah sikap yang tidak suka berbuat curang, perilaku yang tidak suka berkata bohong, suka berkata apa adanya. Suatu saat kejujuran kita diuji, yang paling sulit adalah jujur pada diri kita sendiri karena hanya kita yang tahu dan jujur kepada Tuhan karena hanya Tuhan yang tahu dan yang tidak dilihat orang. Setia yaitu sikap yang rela berkorban tanpa mengeluh, suami rela membantung tulang, diterik panas dan didinginnya malam. Rendah hati yaitu suami dan kepala keluarga yang gagah perkasa berotot mau membantu isteri memcuci pakaian mencuci piring dan mengantikan popok sibuah hati yang basah.
4. Kebersamaan: Membangun keluarga dibutuhkan kebersamaan, mulai dari sarapan pagi, makan siang, makan malam harus senantiasa bersama-sama, memecahkan masalah bersama-sama, menentukan rencana dibicarakan bersama (Sapulidi itu kuat apabila diikat dalam satu ikatan besar-pepatah lama) kalau saya pulang kerja lambat, isteri harus menemani saya makan. Saya tidak mau makan diluar, karena saya makan enak di restoran sementara isteri dan anak saya makan seadanya di rumah, dan kalau saya mendapat makanan apa saja saya selalu bawa pulang untuk dimakan bersama-sama., dan ke manapu saya selalu bersama keluarga.

Sepanjang pernikahan saya sudah hampir 14 tahun, isteri saya tidak pernah meminta sesuatu yang berlebihan dan kalau ada uang saya selalu menyuruh ia beli apa yang ia suka. Kami berdua dikaruniakan 2 orang putra yang sehat jasmani dan rohani, memiliki akal budi yang cerdas. Putra pertama kami: Antonius Delano Christian Kuleh, dan putra kedua kami: Paulus Theodore Christian Kuleh (karena saya lahir 04 Juli hari jadi Negara Amerika dan saya pengagum presiden Amerika Delano Roosevelt dan Theodore Roosevelt)

Bagi saya hidup ini adalah anugrah yang harus disyukuri, apapun kita dan jadi apapun kita, apapun yang kita miliki kita harus mensyukurinya. Yang paling jelek dari manusia adalah tidak mensyukuri apa yang dimilikinya, tetapi selalu menyesali apa yang belum ia punya. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes 5:18)

Bila kita tidak bisa menjadi pohon yang menjulang tinggi, maka jadilah rumput hijau yang indah dan sejuk dipandang mata.

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories