
Keutamaan kesopanan pada umumnya mencakup empat keutamaan:
1. kerendahan hati;
2. pengenalan;
3. kesopanan dalam berbusana, dan
4. kesopanan dalam bertingkah laku.”
Pertama, kerendahan hati adalah keutamaan di mana orang mengenali segala sifat dan bakatnya, serta menghargainya sebagai karunia dari Tuhan yang harus dipergunakan secara bijaksana demi kemuliaan-Nya. Dalam kerendahan hati, manusia - sebagai makhluk ciptaan - berjalan dengan segala kerendahan hati bersama Allah-nya. Kerendahan hati melenyapkan kesombongan. Sehubungan dengan pertanyaan di atas, seorang yang sangat menarik atau menawan secara fisik haruslah berhati-hati agar tidak “terlalu sadar diri” dan bertingkah laku begitu rupa supaya menjadi pusat perhatian.
Kedua, pengenalan adalah keutamaan di mana orang mengejar pengetahuan dalam batasan-batasan iman dan akal sehat. Keutamaan ini berlawanan dengan sikap ingin tahu, yang dalam hasratnya yang berlebihan untuk mengetahui segala sesuatu, menghantar orang menjauhi kebenaran Tuhan menuju jalan kebinasaan. Sehubungan dengan pertanyaan di atas, hendaknya seorang tidak berbusana demikian rupa hingga mengundang rasa ingin tahu orang dan memancing reaksi darinya.
Ketiga dan keempat adalah dua macam kesopanan lahiriah, yaitu: kesopanan dalam berbusana dan bertingkah laku. Kedua keutamaan ini tunduk pada prinsip tidak menyinggung perasaan orang lain dan tidak membiarkan diri menjadi peluang dosa bagi orang lain. St Agustinus mengatakan, “Dalam segala tingkah lakumu, janganlah suatupun yang cemar dalam pandangan orang lain.”
Keempat keutamaan ini, yang berkenaan dengan kesopanan, menjawab pertanyaan di atas. Seorang yang sopan akan menghormati anugerah dengan mana ia diciptakan, yakni seturut gambar dan citra Allah. Ia akan memelihara serta melindungi tubuh dan jiwanya sebaik mungkin, dan dengan demikian memelihara serta melindungi segi jasmani (termasuk seksual) dan segi rohani dari keberadaannya. Penghormatan yang demikian berarti menerima batasan-batasan tertentu yang mengendalikan hubungannya dengan orang lain. Menerima batasan-batasan ini berarti orang perlu menerapkan kesopanan, baik dalam bertingkah laku maupun dalam berbusana.
“Apa tujuan berbusana?” Tak diragukan lagi, busana ketat Britney Spears dan Christina Aguilera (yang album terbarunya berjudul “Stripped” = Telanjang) yang memperlihatkan lebih banyak kulit daripada busana yang membalutnya, dan yang menantang hukum dalam hal seberapa jauh bagian tubuh dapat dibuka, mempunyai satu tujuan: mempertontonkan tubuh dan membangkitkan hasrat seksual.
Seorang Kristiani patut bertanya, “Apa yang aku sampaikan melalui apa yang aku kenakan?
Jika tujuannya adalah untuk mempertontonkan tubuh dan membangkitkan hasrat seksual orang lain, untuk menjadikan diri pusat perhatian dan mengundang rasa ingin tahu orang, maka ia telah melanggar kesopanan, sekaligus keutamaan-keutamaan kerendahan hati, pengenalan dan kesopanan dalam berbusana dan bertingkah laku.
Sebagian orang mungkin berkata, “Bukan begitu tujuanku. Tapi, memang begini mode busana masa kini. Tak pantas orang menilaiku dari caraku berpakaian.” Baik, namun pada kenyataannya orang dinilai dari penampilannya. Jika tidak, mengapa orang mengusahakan penampilan yang terbaik pada saat wawancara pekerjaan? Mengapa pula ada etiket berbusana di sebagian besar sekolah dan perusahaan? Pada kenyataannya, busana menyampaikan suatu pesan tertentu dan mengungkapkan disposisi batin orang.
Di samping itu, entah apakah tujuan orang untuk mempertontonkan tubuh dan membangkitkan nafsu seksual atau tidak, untuk menjadikan diri pusat perhatian dan mengundang rasa ingin tahu yang lain atau tidak, seorang Kristiani patutlah berhati-hati agar tidak membiarkan diri menjadi peluang dosa bagi orang lain. Seorang Kristiani, patutlah berhati-hati untuk tidak menyampaikan pesan yang salah dan dengan demikian membahayakan keselamatan diri maupun orang lain.
Berbusana sopan tidak berarti berpenampilan kuno atau ketinggalan jaman. Berbusana sopan artinya tidak mempertontonkan tubuh seseorang. Busana sepatutnya membantu kita mengungkapkan siapa kita, dan bukannya memamerkan sekedar daging. Cara kita berbusana menginformasikan kepada orang lain bagaimana seharusnya memperlakukan kita, apakah dihormati sebagai seorang pribadi atau sebagai sepotong daging belaka.
sumber : “Straight Answers: Modest Dress in the Modern World” by Fr. William P. Saunders
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
0 comments: