Menghajar Anak

Filed under: by: GreenGrass

"Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan menginginkan kematiannya"(Ams 19:18)



Ada pepatah lama: “segalak-galaknya harimau tidak memangsa anaknya sendiri” Sebagai pepatah tentu saja ini tidak menunjuk pada perilaku binatang harimau tersebut. Pepatah ini lebih menggambarkan satu ajaran moral tentang bagaimana orang tua selayaknya tidak mencelakakan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan kasus orang tua menyiksa anaknya, bayi-bayi mati terbungkus tas kresek di tempat-tempat sampah.

Dalam masyarakat jawa betapa anak mendapat posisi yang khas, kekhasan posisi anak lebih tampak dalam pengkategoriannya sebagai yang “belum orang”. Pengkategorian ini membawa implikasi terhadap bagaimana seorang anak diperlakukan.

Anak adalah titipan Allah dan berkah Allah, anak hakekatnya adalah milik Allah dan orang tua hanya dititipi saja. Meskipun anak hanyalah titipan tetapi itu adalah berkah karena Allah telah mempercayai orang tua untuk menjaga, merawat, memelihara titipan tersebut.

Maka semakin banyak anak dititipkan semakin banyak pula berkah yang Allah hadirkan dalam kehidupan orang tua (keluarga). Sebagai titipan Allah, maka orang yang dititipi tentu saja kuwalat kalau mentelantarkan ttitpan tersebut. Sebaliknya orang tua wajib menjaga agar anak tidak terpengaruh hal-hal yang buruk, agar kelak menjadi orang yang baik.

Anak sekarang adalah asset ekonomis yang harus dijaga agar secara ekonomis pula dan menguntungkan. Segala macam hal yang mungkin mengancam asset ekonomisnya harus segera dijauhkan. Kehidupan Anak-anak seolah-olah dipagari, diberi berbagai macam kursus, mainan yang sesuai keinginan orang tua. Anak dicetak atau diplot sesuai keinginan orang tua modern.

Kemudian anak-anak dihajar dengan segala cara untuk patuh, mengikut cara berpikir orang tua. Kalau anak tidak patuh kepada orang tua, maka anak dianggap nakal, mbalelo sehingga harus dipukul, bahkan di hajar sampai babak belur dan meninggal seperti kasus Arie Hangara.

Hal yang harus diperhatikan dalam melihat persoalan anak-anak bahwa anak berada pada pihak yang lemah baik secara fisik maupun secara psikologis. Maka kewajiban orang tua membantu anak untuk lebih berkembang rasa kemanusiaan mereka.

Hal yang salah ketika orang tua memastikan diri sebagai orang yang paling tahu atas segala kebutuhan bahkan masa depan anak. Maka berbagai usaha dilakukan oleh orang tua agar anak menjadi sososk seperti yang dikehendaki orang tua. Anak-anak harus mengikuti cara pandang orang tua, sehingga akan kehilangan sentuhan-sentuhan perhatian yang menempel dalam keseharian hidup kita.

Anak-anak memiliki aspirasi dan inspirasi, maka biarlah ia melesat bagai anak panah kehidupan bersama alam pikiran mereka, yang tidak bisa kita capai dalam mimpi sekalipun.

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories