Kita di Tengah Dunia Digital

Filed under: by: GreenGrass

“Dunia Digital bisa menjadi kesempatan bersaksi,” Paus Benediktus XVI

Dalam Surat Gembala untuk Hari Komunikasi Sedunia yang ke-43, Paus Benediktus XVI mengajak kita semua, secara khusus kaum muda yang hidup di era digital ini, untuk memaknai secara baik dan benar pelbagai sarana komunikasi yang muncul akibat perkembangan zaman. “Saya ingin berbagi dengan mereka (generasi digital) khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi unggul dari teknologi apabila dipergunakan untuk memajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia,” kata Paus dalam alinea pembukaan suratnya. Jadi teknologi baru, apa pun bentuknya, harus dipandang sebagai anugerah bagi umat manusia dan sepantasnya dipergunakan untuk melayani dan memajukan kepentingan umum.

Dengan sarana komunikasi yang canggih dan modern, dunia seakan tak punya batas: yang dulu jauh menjadi dekat, yang dulu tak bisa sekarang menjadi biasa; bahkan yang dulu mewah dan langka sekarang menjadi murah dan biasa. Lihat saja: hp, internet, dan masih banyak yang lain begitu mudah diakses dan dipergunakan oleh siapa saja, dan dari generasi manapun. Perkembangan yang luar biasa dan dahsyat ini mendapat sambutan hangat dari hasrat dan naluri manusia (= kebutuhan dasar) untuk berkomunikasi.

Apa dan bagaimana manusia membangun komunikasi dalam dunia digital ini, itulah yang menjadi salah satu titik perhatian untuk direnungkan. Teknologi baru membuka jalan bagi komunikasi dan dialog dengan banyak orang, tetapi membawa pula kemungkinan untuk disalahgunakan dan dipakai secara tidak bertanggungjawab; baik merugikan diri sendiri, orang lain ataupun komunitas umat manusia. Kejahatan di dunia maya ternyata jauh lebih dahsyat dan mengerikan daripada kejahatan di dunia nyata. Banyak orang menjadi korbannya, tanpa kenal usia, pangkat ataupun golongan. Banyak kelompok, termasuk keluarga-keluarga, juga bisa menjadi korban. Memang ilmu dan teknologi selalu berwajah ganda: bisa menolong tetapi bisa juga menghancurkan.

“Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat,” doa Yesus bagi kita

Cuplikan doa Yesus ini disampaikan-Nya sebelum Ia mengutus murid-murid-Nya ke dunia. Tuhan Yesus tidak memisahkan murid-murid dari dunia; tidak mengeksklusifkan mereka dari masyarakat luas, tetapi justru menyertai dan melindungi mereka di tengah dan dalam dunia. Wujud penyertaan itu adalah karunia Roh Kudus, Roh Penolong.

Kristus sangat memperhatikan kebutuhan para murid-Nya. Dia tahu bahwa dalam dunia ini pengikut-pengikut-Nya bergumul dan hidup. Maka Yesus memohon kepada Bapa:

Pertama, Yesus memohonkan / mendoakan kesatuan para murid. Ia mau mengatasi segala macam bentuk pemisahan antar manusia. Dengan daya Roh Kudus, Ia membongkar tembok-tembok pemisah yang dibangun oleh manusia. Dengan kekuatan Roh Kudus, dikalahkan-Nya perselisihan, kebencian dan pertentangan.

Kedua, Yesus mendoakan supaya para murid dikuduskan. Setiap pengikut Kristus dikuduskan untuk sebuah tugas dan rencana dari Tuhan. Perutusan itu mengandaikan orang hidup dalam kekudusan, bersatu dengan Tuhan dan menyerahkan hidup dan karyanya di bawah bimbingan Tuhan. Maka tepat kalau ditulis: kita semua dipanggil dan dikuduskan untuk menjadi saksi Kristus, menjadi Duta Kasih Allah bagi sesama. Dan menariknya, jaminan atau ciri khusus bahwa Allah tetap tinggal dalam kita, adalah kesaksian hidup kita yakni mengasihi Allah dan mengasihi sesama. “Barang siapa mengasihi Allah tetapi membenci sesamanya ia adalah pembohong.” Jika kita saling mengasihi Alah tetap tinggal dalam kita.

Membaharui Diri: Langkah Awal Proses Perubahan

Di Hari Komunikasi Sedunia ini baiklah kita merenungkan, dan kalau bisa memposisikan, diri sebagai makluk sosial yang memiliki kecenderungan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Kita tidak dipanggil untuk berkomunikasi dengan “benda / barang” yang bersifat mati (= objek) tetapi berkomunikasi dengan sesama manusia (= subjek) sebagai bagian dari pribadi yang bermartabat. Dalam komunikasi, sarana dan prasarana penting, tetapi jauh lebih penting adalah pribadi manusia.
Kita tidak bisa menolak semua kemajuan dan teknologi yang membanjiri kehidupan manusia, tetapi kita perlu bijaksana menggunakan semuanya itu supaya kita tidak diperbudak olehnya. Nilai-nilai luhur manusiawi tidak bisa digantikan dengan sarana apa pun, karena pada manusia ada pusat hidupnya yakni hati.

Kita berdoa agar segala perkembangan ilmu dan teknologi menghantar manusia untuk lebih dekat dengan Tuhan dan lebih peduli pada sesama. Semoga di era digital ini, orang-orang modern tidak lupa pada dirinya bahwa dia diciptakan, dia diberi kesempatan dan pada waktunya dia pun dipanggil.

Sumber: P. Gregorius Kaha, SVD
Surat Gembala Paus Benediktus XVI pada Hari komunikasi Sedunia ke 43

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories