Tugas Kita Mengisi Kemerdekaan

Filed under: by: GreenGrass

“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Galatia 5:13)


Setelah 69 tahun merdeka, masalah Indonesia yang mendasar ialah mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur. Bangsa kita telah berhasil memerdekakan diri dari penjajahan bangsa asing, tetapi belum berhasil mencapai kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, rempah-rempah, minyak bumi, biota laut, hutan tropis dan sebagainya sehingga pantaslah jika disebut dengan “Gemah Ripah Loh Jinawi”.

Warna buram potret masa depan Indonesia ditandai dengan adanya krisis multi dimensional yang berkepanjangan. Maka gambaran skenario terburuknya adalah Indonesia mengalami kemunduran dalam segala bidang, dan upaya mengisi kemerdekaan dimulai dari nol besar, dari modal dengkul, atau bahkan dari jaman batu.

Di tengah-tengah banjirnya berita-berita tentang korupsi di negeri kita, yang di antaranya ada yang meliputi jumlah sampai triliunan atau ratusan miliar Rupiah, dan banyaknya kasus penyelewengan atau penyalahgunaan kekuasaan di kalangan tokoh-tokoh eksekutif, legislatif, judikatif, partai-partai politik, pengusaha-pengusaha besar dll dll, maka ada berita yang bisa membikin banyak orang kaget, atau marah, atau tercengang. Berita ini adalah yang menyatakan bahwa jutaan anak-anak Indonesia menderita kelaparan karena kekurangan gizi.

Selama ini Indonesia hanya merasakan kemerdekaan secara fisik, sedangkan secara substansi belum karena secara ekonomi, sosial dan politik rakyat masih terjajah dan belum sejahtera. Hingga saat ini masih banyak pekerjaan rumah dari negara ini yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia, pemerintah yang baru harus dapat mengelola uang-uang Negara sehingga sampai pada yang berhak mendapatkan. Juga yang menyangkut hasrat hidup orang banyak. Ada harapan, supaya rakyat Indonesia bebas dari kemiskinan, bebas dari pendidikan yang mahal, bebas dari kesehatan yang mahal dan bebas dari para koruptor yang mengeruk uang Negara dan terorisme.

Kita tidak bisa hidup ditengah-tengah dunia yang yang penuh dengan tumpukan kejahatan ini, hukum yang bisa dibeli dan diatur, korupsi di segala bidang dan lembaga, mahalnya pendidikan yang mnyebabkan anak banyak yang putus sekolah, mahalnya biaya kesehatan yang menyebabkan banyak anak-anak usia balita meninggal dan gizi buruk, kekerasan dan konflik social dimana-mana. Disaat seperti ini kita bisu atau tidak bisa berbicara tentang kemerdekaan. Gereja harus berjuang dan harus mempunyai andil dalam mengisi kemerdekaan ini

Peringatan HUT RI yang ke 69 ini bertepatan dengan pemilu presiden (Pilpres) dan presiden pemenang pemilu yang sudah ditetapkan oleh lembaga penyelenggara pemilu (KPU) yaitu presiden harapan rakyat Indonesia, maka kado HUT RI yang ke 69 ini yaitu seorang pemimpin yang rendah hati, sederhana, jujur, bijaksana, merakyat yang akan membawa bangsa ini menuju negeri yang “gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo”

Sejauh mana kita mengapresiasikan kemerdekaan? Tidak ada satupun orang yang mau terjajah, tetapi banyak orang yang bingung bagaimana menyikapi kemerdekaan. Banyak orang mengira bahwa kemerdekaan berarti bebas berbuat apa-apa saja seenaknya tanpa mempertimbangkan apa-apa. Sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan tanpa aturan sedikitpun akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya negara ini? Seperti halnya belahan dunia lain, bangsa ini pun merupakan sebuah titipan Tuhan kepada kita yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan, seperti yang disebutkan dalam Kejadian 1:26,28.

Bagi kita para murid Kristus, keteladanan Tuhan Yesus Kristus sebagai penegak kebenaran dan pengajar kebajikan menjadi pegangan utama untuk mewujudkan cinta kepada tanahair dan setia mengisi kemerdekaan Indonesia. Cinta kepada tanahair terwujud dalam kesungguhan kita untuk mempertahakan Pancasila dan UUD 1945. Kesungguhan kita teruji karena dewasa ini kita sadari pula ada usaha-usaha untuk merongrong dasar Negara itu. Kalau dasar Negara rapuh, akan tumbanglah bangunan Negara Republik Indonesia ini.

Dengan cinta kepada tanah air, umat Katolik memilih untuk mengisi kemerdekaan dengan rela melakukan apa yang baik (bdk. 1Ptr 2:13-17), yaitu dengan: membangun persaudaraan - bukan menceraiberaikan; menghormati sesama - bukan merendahkan; mengasihi sesama - bukan menyingkirkan orang lain karena berbeda suku, agama, ras dan golongan. Umat Katolik sebagai warga Negara yang bertanggungjawab memberikan apa yang wajib diberikan kepada Negara, dan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah (bdk. Mat 22:21).

 
Kebebasan bukanlah berarti kita bisa melakukan apapun semau kita dengan seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang konstruktif dan positif, bukan destruktif dan negatif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." Apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain atau bahkan menghabisinya hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.

Rasul Petrus dengan sangat jelas mengingatkan kita untuk menggunakan kebebasan itu sebenar-benarnya dan tidak menyalahgunakannya. Kebebasan adalah anugerah, oleh karena itu seharusnya tampakan kebebasan itu adalah anugerah juga bagi orang-orang di sekeliling kita.

Kita harus berani menyatakan, bahwa iman akan Kristus adalah sungguh-sungguh baik untuk pembangunan negara ini karena akan menghadirkan terang bagi kebaikan bersama. Iman Katolik justru akan membantu membangun masyarakat kita sedemikian rupa, sehingga bangsa ini dapat melakukan perjalanan menuju masa depan penuh pengharapan. Bapa Suci mengingatkan kita, agar kita mewujudkan iman kita semakin menjadi berkat bagi seluruh bangsa.

Mengisi kemerdekaan dengan membangun peradaban kasih. Untuk itu hendaknya:

(1) Sejak dalam keluarga perlu ditumbuh-kembangkan rasa cinta kepada sesama dan lingkungan kehidupan di mana Anda berada, agar anak-anak yang kita cintai hidup dalam “peradaban kasih” , memiliki rasa handarbeni (rasa memiliki) dan dimiliki negeri ini. Selanjutnya

(2) Lembaga-lembaga pendidikan formal perlu mengajarkan pendidikan kebangsaan dan “pendidikan peradaban kasih” yang terencana sebagai isi dari ”Sekolah Cinta Kasih”, agar memahami nilai-nilai dasar Pancasila dan Ajaran Sosial Gereja. Melalui pendidikan formal yang baik, generasi muda makin memiliki pegangan moral untuk terlibat membangun “peradaban kasih” di negeri tercinta ini.

(3) Masyarakat sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya pribadi perlu menghembuskan atmosfir yang mendukung suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar, Hendaknya kita berani berpegang pada prinsip hidup yang mengutamakan kesejahteraan umum

Hari Minggu 17 Agustus 2014 kita memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang ke Enam puluh sembilan. Sebagaimana halnya dengan kemerdekaan secara rohani yang masih harus diisi dengan perjuangan secara rohani, kemerdekaan kita sebagai suatu bangsa pun masih harus diisi dengan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, orang beriman dipanggil untuk ikut berpartisipasi dalam usaha mengatasi berbagai permasalahan bangsa, antara lain berperang melawan kemiskinan, pengangguran, kebodohan, korupsi, dan narkoba, Pengangguran, Kekerasan, konflik sosial bernuansa SARA, pendidikan yang mahal, kesehatan yang mahal, dan terrorisme.

Akhirnya, marilah kita yang tinggal di negeri ini, yang memiliki tanggungjawab sejarah pada negeri ini, yang dihidupi Tuhan dalam negeri ini, mencintainya, mengisinya dengan kemerdekaan sejati, dengan melakukan segala perbuatan baik yang menghasilkan kebaikan bagi semua.

Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (1 Petrus 2:16)

Sumber: Dari Berbagai sumber



0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories