“Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu
lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin
diberitakan kabar baik.” (Mat 11:4 - 5)
Kenyataan hidup dunia sekarang
ini yang diwarnai dengan berbagai kesukaran, seringkali memperhadapkan
orang-orang kristen pada pertanyaan akan janji, kehadiran dan keadilan Tuhan.
Kita harus selalu ingat bahwa hidup kristiani adalah sebuah kesaksian
pengharapan. Pengharapan akan janji-janji Tuhan. Suatu pengharapan yang
menuntut kesetiaan untuk percaya di saat seolah-olah tidak ada dasar untuk
percaya, untuk berharap sekalipun seolah-olah tidak ada dasar untuk berharap.“Kuatkanlah
hati, janganlah takut!
Bagaikan seorang petani yang menantikan hujan awal dan akhir
(Mat 11:3) , demikianlah
setiap orang kristen hendaknya bersabar serta bertekun dalam iman, dan
membiarkan keadilan sepenuhnya berada di tangan Allah, karena Ia adalah Hakim
di pintu gerbang.
Kesukaran akan selalu ada.
Meskipun demikian, janganlah takut akan dunia. Takutlah akan Tuhan, yang telah
mengalahkan dunia. Kekuatiran akan kesukaran hidup, kelekatan akan dunia,
apalagi ketakutan akan hari Tuhan, bukanlah cara bersikap dari seorang kristen.
Setiap saat kita harus mempersiapkan diri dan siap-sedia menantikan hari Tuhan.
Kita justru harus mendambakan akan hari itu, bahkan ingin mempercepatnya.
Ketika murid-murid Yesus
menyampaikan pertanyaan Yohanes Pembaptis, “Engkaukah
yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat 11:6)
Yesus menanggapi bukan dengan jawaban “Ya”. Yesus memberi pernyataan yang
justru jauh lebih jelas daripada sekedar menjawab “Ya”, suatu pernyataan tak
terbantahkan akan kuasa Allah yang bekerja dalam diri-Nya.
Gereja Katolik sedunia memasuki
Minggu Adven III, yang dikenal juga dengan nama Minggu Gaudete
(Bersukacitalah)
Sama seperti Yesus, demikianlah
setiap orang kristen seharusnya dikenal. Bukan sekedar apa yang dikatakan,
tetapi apa yang dilakukan. Adalah tidak mungkin berbicara tentang Yesus, kalau
hidup kita tidak menjadi kesaksian akan Dia yang menyembuhkan, yang memberkati
hidup setiap orang. Pewartaan Kerajaan Allah yang kita lakukan harus nyata
dalam perbuatan, dalam karya kita. Itulah yang selalu harus kita pikirkan dan
lakukan. Tidak ada cara lain yang lebih baik dalam menunjukkan pengharapan
sejati akan kedatangan Tuhan. Dunia boleh saja memalingkan wajah mereka dari
Penciptanya, tetapi kamu, taklukkanlah dunia! Jadilah terang! Hidup kita, kerja
kita, seluruh diri kita harus menjadi suatu kesaksian iman bahwa inilah seorang
kristen sejati. Bukan soal seberapa hebat karya kita, karena seperti kata Beata
Ibu Teresa dari Calcutta, bahwa sebenarnya “dalam hidup ini kita tidak perlu
melakukan hal-hal besar. Kita hanya perlu melakukan hal-hal kecil dengan cinta
yang besar. Bukan soal berapa banyak hal yang kita lakukan, melainkan berapa
banyak cinta yang kita curahkan saat melakukan hal-hal itu. Bukan soal berapa banyak
yang kita beri, melainkan seberapa banyak cinta yang kita curahkan dalam
pemberian itu.”
Anda bisa menjadi; karyawan setia
terhadap peraturan perusahaan, seorang
guru yang penuh dedikasi, penyapu jalan yang rajin, dokter yang berdedikasi,
hakim yang adil, pedagang yang jujur, politisi yang memperjuangkan kepentingan
umum, seorang ibu rumah tangga yang membesarkan anak-anaknya dalam kelimpahan
cinta, ayah yang memberikan kesetiaan dan tanggungjawab, atasan/pimpinan yang
bijaksana, murid/siswa yang tekun, aparatur pemerintah yang penuh pengabdian
dan berbagai karya-karya lainnya. Sekecil dan sesederhana apapun karya kita,
asalkan kita melakukannya dengan cinta, kesetiaan akan Iman Gereja, dan menjadikannya
sebagai persembahan yang harum dan berkenan di hati Allah, maka dengan
sendirinya tanda-tanda iman ini akan bercahaya dan mendatangkan sukacita bagi
dunia, sehingga orang boleh melihat segala karya kita yang baik dan memuliakan
Bapa di surga. Panggilan kita adalah untuk menguduskan diri, menguduskan kerja,
serta menguduskan dunia melalui kerja.
Semuanya itu hanya mungkin
dilakukan bila kita memiliki kerendahan hati untuk dibentuk dan dipakai Tuhan
bagi kemuliaan-Nya. Yohanes Pembaptis sudah menunjukkan siapa Sang Guru
kerendahan hati. Di hadapan kita, telunjuk kenabian Yohanes Pembaptis teracung
dengan jelas, Dia yang mengosongkan diri dari ke-Allah-an-Nya dan mengambil
rupa seorang hamba, menjadi manusia.
Masa Adven ke III ini adalah saat
yang tepat untuk merenungkan kerendahan hati Tuhan. Sebagaimana Tuhan dan Guru
kita telah lebih dahulu mengosongkan diri-Nya, kita pun diajak untuk
mengosongkan diri dari segala yang bukan Allah, sehingga Dia dapat memenuhi
diri kita dan berkarya seluas-luasnya dalam
hidup kita, agar orang melihat dan mendengar Tuhan melalui hidup &
karya kita.
SELAMAT MINGGU ADVEN KE 3 (RAHMAT SUKA CITA)
0 comments: