"Akhir kata dari segala yang
didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada
perintah-perintah-Nya, karena inilah kewajiban setiap orang." Pengkhotbah
12:13
Ada orang yang beranggapan bahwa
kitab Pengkhotbah bukanlah ditulis oleh Salomo, putra Raja Daud. Alasannya
adalah, jika penulisnya Salomo berarti ia mengkontradiksi dirinya sendiri sebab
dalam kitab Amsal-yang juga ditulisnya-ia justru menampilkan sikap positif
terhadap hidup, berbeda dengan nada keputusasaan yang dirasakan dalam kitab
Pengkhotbah.
Sesungguhnya kita dapat
mengatakan bahwa Amsal adalah kitab dari Salomo muda, sedangkan Pengkhotbah
adalah kitab dari Salomo tua. Pada hari tuanya akhirnya Salomo menyadari bahwa
hidup tidak menawarkan makna sebanyak dan seindah yang dipikirkannya dulu.
Berikut akan dipaparkan fakta kehidupan dan bagaimanakah seharusnya kita
menyikapinya.
Fakta Kehidupan:
a.
Kita lahir ke dalam dunia tidak membawa apa-apa
namun dalam perjalanannya, kita mulai mengumpulkan kepunyaan, mulai dari
pengetahuan, teman, harta, pelayanan, sampai keluarga. Namun pada suatu titik
tertentu, kita harus melepaskan kepunyaan ini satu per satu, mulai dari anak,
kesehatan, harta, teman, pengetahuan, pelayanan, dan akhirnya pasangan hidup.
b.
Puncak kebahagiaan tercapai tatkala kita
memiliki "semua." Kebahagiaan melemah ketika kita mulai melepaskan
kepunyaan itu satu per satu. Pada akhir hidup dalam kondisi hampir tidak
memiliki apa pun kecuali nafas, kebahagiaan menjadi sangat tipis untuk
dirasakan.
Sikap Kita:
a.
Kita harus menerima fakta bahwa memang kita
tidak bisa mengembalikan kebahagiaan yang terdahulu da bahwa kita harus hidup
yang "kurang" ini.
b.
Kita harus menemukan hal-hal kecil yang dapat
kita lakukan dan bersyukur atasnya. Kuncinya di sini adalah bersyukur. Di dalam
rasa syukur akan ada kebahagiaan.
c.
Di dalam ketiadaan itulah ternyata yang
terpenting dalam hidup adalah takut akan Tuhan dan memegang perintah-Nya.
Dengan kata lain, dalam kondisi paling sendiri, kita hanya akan dapat menemukan
makna hidup ini di dalam-bukan di luar-Tuhan
d.
Takut akan Tuhan dan memegang perintah-Nya
merupakan sebuah kesatuan. Pernyataan ini dapat diartikan baik dari segi
positif maupun negatif. Dari segi positif, ini berarti senantiasa mengutamakan
Tuhan dan melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Nya. Dengan kata lain, kita
memegang perintah-Nya.
e.
Dari segi negatif, takut akan Tuhan berarti
tidak melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya. Kita tidak ingin
menyedihkan-Nya dan kita pun takut akan ganjaran yang dapat Ia berikan.
f.
Dengan kata lain, takut akan Tuhan dan
memelihara perintah-Nya merupakan penyataan hidup dengan Tuhan dan untuk Tuhan.
Di dalam kesementaraan dan ketidaksempurnaan hidup, Solomo menyimpulkan bahwa
hidup dengan dan untuk Tuhan merupakan satu-satunya cara dan alasan untuk
hidup.
0 comments: