Amsal merupakan hikmat yang Tuhan
berikan kepada manusia untuk bagaimana hidup di dunia ini sesuai dengan
kehendak-Nya. Dengan kata lain Amsal merupakan contoh konkret atau terjemahan
langsung dari Firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Keluarga sangat penting dibangun di
atas firman Tuhan karena Firman Tuhan:
- Memberikan panduan bagaimana kita hidup benar.
- Firman Tuhan sendiri merupakan kuasa, jadi orang
yang hidup dekat dengan Firman Tuhan akan hidup berkuasa dalam pengertian
mempunyai kuasa dari Tuhan untuk hidup sesuai dengan yang Ia kehendaki.
Hubungan dengan
Tuhan.
"Takut akan Tuhan adalah
permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." (Amsal
1:7)Di sini ditekankan sekali bahwa seorang manusia harus takut akan Tuhan, ini
yang dikatakan mempunyai integritas pribadi. Seseorang mesti mempunyai
integritas pribadi, baik dia suami maupun dia istri. Artinya seseorang yang
hidup dalam kebenaran, seseorang yang takut akan Tuhan akan mempunyai wibawa,
seseorang yang mempunyai wibawa sedikit banyak mencegah terjadinya
pertengkaran-pertengkaran yang tidak perlu dalam rumah tangga.
Dua pengertian takut akan Tuhan:
- Takut akan Tuhan berarti memang takut dihukum Tuhan,
karena Tuhan adalah Tuhan yang bisa marah dan Tuhan juga menghukum
anak-anak-Nya. Kitab Ibrani berkata: Allah mengganjar anak yang
dikasihi-Nya dengan kata lain Tuhan tidak segan-segan menghukum
anak-anak-Nya.
- Merupakan rasa respek terhadap Tuhan, rasa segan
yang membuat kita enggan melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki.
Kedua hal di atas memang fondasi
yang harus dimiliki oleh seorang suami atau istri. Jadi bagi suami atau istri
atau bagi ayah atau ibu hidup takut akan Tuhan itu sebetulnya adalah suatu
bonus yang akan menguatkan keluarga mereka. Takut akan Tuhan adalah hikmat,
hikmat adalah mengerti apa yang harus dilakukannya pada saat yang tepat,
mengerti apa yang harus dikatakannya pada waktu yang tepat.
Hubungan dengan
sesama.
"Jikalau seseorang memberi
jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." (Amsal 18
: 13) Ayat ini bisa kita terapkan dalam relasi suami-istri, bukankah adakalanya
kita terlalu cepat menjawab, belum selesai suami kita bicara kita sudah jawab,
belum selesai anak kita memberi penjelasan kita sudah jawab. Jadi baik dalam
hubungan antara suami-istri ataupun hubungan orang tua-anak, aspek mendengarkan
sangatlah penting.
Dua hal yang menyebabkan seorang
istri ngomong tidak putus-putus seperti yang dituliskan dalam Amsal adalah:
- Karena memang dia mempunyai problem sehingga tidak
bisa menguasai emosinya dengan baik. Sehingga kalau emosi dia harus
lampiaskan sampai tuntas baru dia berhenti.
- Dia terus-menerus mengeluh karena memang sudah
merasa tidak didengarkan. Jadi dia hanya mempunyai anggapan hanya dengan
cara inilah suaminya itu akan bereaksi.
"Orang yang berpengetahuan
menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." (Amsal 17
: 27) Firman Tuhan menekankan pentingnya menggunakan kata-kata
yang tepat, kita harus bisa menahan kata-kata artinya mengatur, menguasai
kata-kata itu sehingga bukannya kata-kata yang mengatur atau menguasai kita,
tapi kitalah yang menguasai apa yang keluar dari mulut kita. Kalau kita
dikuasai oleh emosi semau-maunya memarahi orang bukankah kita menghancurkan
pasangan kita. Berapa banyak anak yang sakit hati karena terluka oleh kata-kata
orang tua, berapa banyak istri atau suami yang juga hancur gara-gara perkataan
atau emosi pasangannya.
Kalau kita mempunyai problem dengan
emosi kita dan kita tahu kalau sudah marah bisa benar-benar berlebihan bahkan
memukul, yang harus kita lakukan adalah:
- Kita harus memisahkandiri dari pasangan kita waktu
kita marah. Misalkan kita beritahu dia kita sepakati, kalau saya lagi
emosi sudah kamu berhenti bicara, jangan tambah-tambahkan, jangan tanggapi
saya, bisa lepas kendali.
- Izinkan saya untuk pergi dulu, benar-benar secara
harafiah mendinginkan kepala, misalnya dengan meminum air dingin, setelah
ada jedah selama 1 jam, mungkin sekali kita akan lebih siap untuk
berbicara.
Prinsipnya adalah waktu marah
jangan serang orangnya, seranglah masalahnya.
"Diberkatilah kiranya
sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu." (Amsal 5
: 18) Bahwa nikmatilah pasangan kita, orang yang bisa menikmati
pasangannya cenderung membangun suatu rumah tangga yang kuat, orang yang tidak
menikmati pasangannya tidak lagi bisa membangun rumah tangga yang baik.
"Hati yang gembira membuat
muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15
: 13) Dari ayat ini yang bisa kita petik adalah bersikaplah positif, sebab hati
yang gembira merupakan suatu tanda bahwa kita itu bersikap positif dalam hidup
ini.
Hati yang positif adalah artinya
hati yang tidak menyerah begitu saja oleh keadaan, jadi tetap mempunyai
semangat untuk hidup, tahu bahwa Tuhan akan menolong, Tuhan tidak meninggalkan
kita. Jadi salah satu caranya adalah memang benar-benar berserah kepada Tuhan,
bahwa Tuhan akan membukakan jalan. Hati yang gembira muncul dari dalam, dalam
pengertian puas dengan yang telah dia terima, dengan apa yang Tuhan berikan
kepadanya.
Hubungan dengan
diri sendiri yaitu hidup benar.
"Orang benar yang bersih
kelakuannya berbahagialah keturunannya." (Amsal 20 : 7) Ayat ini
luar biasa indahnya, bukankah kita malu menyebut-nyebut orang tua kita kalau
orang tua kita hidupnya tidak bersih. Tapi kita akan bangga menceritakan orang
tua kita kalau hidup mereka bersih dan sekali lagi ini berkaitan dengan takut
akan Tuhan, orang yang hidup bersih akan mengundang respek, kekaguman dari anaknya,
dari istrinya dan dari suaminya.
Hubungan dengan
pekerjaan atau dengan harta benda yang kita miliki.
"Berkat Tuhanlah yang
menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahnya." (Amsal 10
: 32) Artinya Tuhanlah yang menentukan kita ini hidup seberapa miskin dan
kayanya. Kita berusaha sudah tentu itu tugas kita, apakah kita akan lebih kaya
dari sekarang itu hak Tuhan, susah payah tidak akan menambahkannya. Sikap hidup
seperti ini saya kira penting terutama bagi para pasangan muda atau pasangan
setengah baya yang masih menggebu-nggebu mau meningkatkan status ekonominya.
Hubungan dengan
anak-anak.
"Didiklah anakmu maka dia akan
memberikan ketenteraman padamu dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29
: 17) Didiklah di sini mengandung arti berdisiplin jadi
mendisiplin anak, waktu salah berikan sanksi atau hukuman atau didikan, arahkan
dia ke jalan yang benar. Orang tua yang mengambil waktu mendidik anak akan
memetik buahnya dan firman Tuhan dengan jelas berkata buahnya adalah
ketenteraman dan sukacita. Orang tua yang mengabaikan tugas mendidik anak akan
juga menuai hasilnya bukan ketenteraman tapi keresahan, bukannya sukacita malah
dukacita.
0 comments: