“Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-Nya perempuan ada bersama kita” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia (Mrk 6:3)Bila seseorang berbicara mengeluarkan pendapat, suatu usul, saran atau semacam kritik, sering yang lebih menetukan adalah siapa yang berbicara, bukan apa yang dikatakannya. Kalau yang berbicara itu orang yang terpandang, orang terkaya, orang berpangkat, orang besar di tempat itu, akan mudah didengar, diterima dan dibenarkan pendapatnya, meskipun sesungguhnya pendapat atau kata-kata orang tersebut patut diragukan.
Namun sebaliknya, bila yang berbicara atau yang mengeluarkan pendapat itu “orang kecil/orang yang biasa-biasa saja”, maka serta merta pendapat, usul, sarannya ditolak. Penolakan orang-orang Nazaret terhadap Yesus disebabkan oleh kekeliruan dan kesalahan mereka sendiri, mereka berpikir bahwa Yesus datang ke dunia untuk membebaskan mereka dari penindasan bangsa Romawi pada waktu itu, dan mereka berharap Mesias yang dijanjikan Allah itu gagah perkasa sehingga dapat membantu mereka melawan penindasan bangsa Romawi, dan dapat mendatangkan kejayaan bagi bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah.
Ternyata apa yang mereka harapkan sama sekali tidak nampak dalam diri Yesus Kristus. Figur Yesus yang mereka bayangkan gagah perkasa, ternyata lemah lembut dan mengajarkan untuk mengasihi seorang musuh. Yesus memang Mesias yang dijanjikan Allah yang dapat membebaskan manusia dari dosa dan kuasa maut dan akibat dosa-dosa yang lain.
Apakah kita dengan keberadaan rohani kita yang “malas ke gereja, kurang percaya, kurang sabar, lekas cemburu, tinggi hati, tidak jujur, tidak setia, kurang pengertian” adalah orang-orang Nazaret dan orang-orang Yahudi masa kini?
Jelas bahwa kita mau percaya kalau Tuhan itu seperti yang kita kehendaki, sesuai dengan jalan pikiran kita. Tuhan akan kita imani kalau Tuhan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita yang bersifat sementara. Kita mau mendekatkan diri kepada Tuhan, sungguh percaya kepada Tuhan dengan sejumlah syarat bahwa segala kebutuhan kita bisa terpenuhi (kalau sudah dapat uang, dapat pekerjaan, naik pangkat/jabatan, punya mobil mewah, punya rumah gedong, bahkan punya uang cukup untuk 7 turunan). Selama ini belum terpenuhi, kita berada dalam kelesuan iman (menolak Yesus), kita selalu berpikir bahwa Tuhan yang harus mengikuti keinginan kita. Coba kita berkaca pada Maria, yang menerima kehendak Tuhan dalam kepasrahan diri secara total, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah menurut perkataanmu itu”(Luk 1:38)
Dalam hidup dan kehidupan kita Tuhanlah yang mengatur segala-galanya, Tuhanlah yang menuntun langkah kehidupan kita. Bukankah percaya pada penyelenggaraan Tuhan dan beriman itu adalah suatu penyerahan diri secara total dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya hanya kepada Tuhan tanpa syarat seperti yang dilakukan oleh Maria.
Marilah kita mempercayakan seluruh hidup dan kehidupan kita pada kuat kuasa Allah dan pada jalan pikiran Allah, karena Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi kita selama kita mau mempercayakan sepenuhnya kepada Dia yang senantiasa menjaga dan memelihara kita.
Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataannya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.


0 comments: