"Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." Lukas 16:10a
Sebenarnya kita tahu, bahwa
segala hal yang besar itu bermula dari hal yang paling kecil. Namun tak banyak
yang mengerti bagaimana hal kecil bisa mendatangkan sesuatu yang besar ketika
kita melakukan hal yang besar justru tak mendatangkan apa-apa.
Seperti biasanya, seorang gadis
yang tinggal bersama neneknya, menyapu seluruh halaman di depan rumah. Neneknya
selalu berkata agar halaman tak perlu dibersihkan, karena daun pepohonan pasti
akan berguguran dan mengotori halaman lagi.
“Sudah jangan disapu lagi, biarkan
saja, cukup sapu bagian dalamnya saja.” ujarnya. Namun si gadis hanya tersenyum
mendengar keluhan yang bukan pertama kali ia dengar dari neneknya itu.
Tiba sore hari saat si gadis
sudah pulang dari bekerja, neneknya menghampiri dan meminta ia untuk mengambilkan
daun di pekarangan. Namun sepertinya sang nenek sudah menunggu cukup lama
hingga ia merasa kesal dan akhirnya menyusul kesana.
Gadis : “Nenek, kenapa kesini?
Tunggu saya sebentar lagi.”
Nenek : “Ini sudah gelap. Kamu
sedang apa?”
Si gadis pun tersenyum sendiri
dan memperlihatkan sesuatu pada neneknya. “Nenek, bagus, kan?”
Nenek yang terkejut kembali
bertanya, “Kapan kamu membuatnya?”
Gadis menjelaskan, “Setiap kali
saya menyapu halaman, dedaunan kering itu saya kumpulkan, Nek. Kalau senggang,
ya ini yang saya lakukan. Tapi sayang, ini belum sepenuhnya selesai, Nek.
Tunggu sedikit lama lagi, ya.”
Rupanya gadis itu membuat sebuah
kerajinan unik yang ia buat dari dedaunan kering dan menempatkannya sebagai
hiasan tembok di pekarangan belakang rumah. Satu persatu dedaunan kering
direkatkan ke tembok. Dan kini, karyanya mendekati sempurna. Selain itu ia
kembali menjelaskan,
“Lagi pula Nek, halaman depan
rumah itu kan muka saat tamu akan bertandang ke rumah kita. Walaupun pekerjaan
hanya akan sia-sia, tapi bukankah lebih baik ketimbang hanya memandanginya
saja? Semakin hari halaman tentu akan semakin kotor, bila kita sama sekali
tidak perlahan-lahan membersihkannya.”
Ya, menyapu pekarangan rumah
merupakan aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari. Sebagaimana rumah yang
bisa kapan saja kotor, begitupun halnya dengan diri kita. Bersihkan diri dari
rasa benci, dendam, iri dan dengki kepada sesama. Keburukan yang tumbuh sedikit
demi sedikit tanpa kita berusaha memperbaikinya, maka suatu saat akan menjadi keburukan
besar dan bukan tidak mungkin justru kita sendiri yang akan menanggung
akibatnya.
Bersikaplah sedikit lebih sabar
saat orang lain menyakiti kita, karena itulah cara agar hal-hal kecil tak
menjadi bom waktu bagi diri kita sendiri. Maka, hari-hari ini adalah waktu yang
tepat dimana kita bisa selalu belajar untuk bisa lebih baik lagi dan selalu
membawa perubahan sekalipun itu bermula dari hal yang kecil.
Dan juga melalui kisah ini kita
belajar bahwa sesuatu yang nampaknya tak berharga pun bisa menjadi persembahan
istimewa saat kita memperlakukannya dengan sukacita. Sebaliknya, banyak hal-hal
berharga yang awalnya kita anggap spektakuler justru pada akhirnya terlihat
biasa saja. Maknai hidup ini dengan bijaksana dan berusahalah untuk mengambil
pelajaran hidup sekecil apapun itu
Seorang pendaki bisa mencapai
puncak gunung diawali oleh pijakan pertama.
Seorang pelari mampu mencapai garis finis dan menjadi juara juga bermula
dari langkah awal yang baik. Segala
sesuatu yang besar bermula dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Pohon nangka yang besar dan berbuah lebat
serta tampak rindang di belakang rumah kita pun juga berasal dari satu biji
nangka yang kecil. Coba renungkanlah itu.
Dalam perumpamaan tentang biji
sesawi Tuhan Yesus berkata, "Memang
biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah
tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi
pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada
cabang-cabangnya." (Matius
13:32). Karena itu jangan pernah
meremehkan perkara-perkara kecil yang tampaknya sederhana. Untuk menjadi besar kita harus bersedia
memulai sesuatu dari perkara yang kecil.
Perkara yang kecil bermula dari
apa yang ada pada kita saat ini. Apa
yang kita miliki adalah permulaan dari segala sesuatu yang akan kita miliki di
masa yang akan datang: pekerjaan atau
profesi yang kita jalani, pelayanan yang dipercayakan kepada kita, talenta,
harta yang kita miliki dan lain-lain.
Jangan sampai kita seperti orang yang memiliki satu talenta, yang hanya
menyimpan talentanya itu di dalam tanah dan tidak mengembangkannya (baca Matius 25:24-30). Mari kita kerjakan dengan setia apa pun yang
dikaruniakan Tuhan bagi kita, supaya pada saatnya, perkara-perkara besar atau
hal-hal yang tidak terpikirkan, akan disediakanNya bagi kita. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam hati manusia: semua disediakan
Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
(1 Korintus 2:9).
Yesus juga memulai pelayananNya dari
bawah. Karena kesetiaan dan ketaatanNya
pada Bapa dari hal-hal kecil, akhirnya Yesus menjadi yang terbesar dan "...Allah sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama," (Filipi 2:9).
Yusuf, sebelum menjadi the second man di Mesir, terlebih dulu setia dan
tekun melakukan perkara-perkara kecil, sehingga pada saatnya ia beroleh
kepercayaan terhadap hal-hal yang besar.
Apa pun yang Tuhan percayakan
kepada kita, mari kita kerjakan dengan setia, karena ini adalah permulaan dari
perkara-perkara besar
0 comments: