Kesabaran Salah Satu Kunci Kesuksesan

Filed under: by: GreenGrass


"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"  Roma 12:12
Meraih kesuksesaan bukanlah hal mudah seperti membalikkan telapak tangan. Untuk meraih cita-cita, seseorang butuh kesabaran serta ketekunan dalam bekerja. Karena tidak ada sesuatu pun yang bisa didapatkan secara instan atau bim slabim, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk meraihnya.
Ahmad Rifa’i Rif’an dalam buku Man Shabara Zhafira ini mencoba menguak salah satu kunci dan rumus sakti untuk meraih kesuksesan. Dalam pengantar buku ini penulis menjelaskan, bahwa semua orang di dunia pasti memiliki cita-cita dan harapan. Yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa ingin sukses dalam studinya. Yang berwirausaha ingin sukses dalam usahanya. Yang sedang banyak utang ingin sukses dalam melunasi utang-utangnya (hal. xxii).
Lalu, apa yang menyebabkan sebagian orang masih ada yang gagal? Ahmad Rifa’i menguraikan, paling tidak ada beberapa kemungkinan yang membuat seseorang belum berhasil menggapai semua harapan yang pernah dibangunnya.
Pertama, orang itu tidak tahu cara meraih kesuksesan. Kedua, orang itu sudah tahu bagaimana cara meraih kesuksesan yang diharapkannya, hanya saja ia tidak sabar menjalani semua proses yang seharusnya diselesaikannya sebelum ia benar-benar berhak untuk meraih medali kesuksesan.
Kedua, menurut penulis, yang seringkali menjadi penyebab klasik mengapa banyak orang yang punya harapan dan impian tinggi namun gagal meraihnya (hal. xxi-xxii).
Buku setebal 284 halaman ini dibagi menjadi 6 (enam) bab yang membahas tentang rahasia sukses kehidupan. Pada tiga bab pertama penulis menguraikan tentang pentingnya seseorang untuk bermimpi. Bahwa apa yang kita dapatkan sekarang, atau kelak, semua berawal dari mimpi. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah, bahwa sang pemimpi, setelah merumuskan harapannya, mereka lantas melanjutkan dengan berkali-kali aksi. Jadi, dream and action. Itulah rumus agar seseorang tidak hanya menjadi pengkhayal (hal. 61).
Agar impian tidak sekadar menjadi angan kosong semata, seseorang juga perlu menuliskan target hidup. Di antaranya target yang spesifik, terukur, jangka waktunya jelas, memberi kontribusi, lalu menjabarkan menjadi target-target kecil. Misal, menjadi target bulanan, mingguan, juga harian. Dengan begitu, dalam bekerja seseorang bisa lebih mudah memulai dari mana, apa yang harus dikerjakan hari ini, tahap-tahapnya jelas, serta tetap terarah pada tujuan jangka panjang (hal. 48-52).
Buku ini juga dilengkapi kisah-kisah inspiratif orang-orang terdekat penulis, bahkan kisah nyata penulis sendiri. Seperti halnya cerita yang dialami oleh seorang pemuda yang bermimpi menjadi seorang penulis sukses. Berhari-hari pemuda itu menggarap naskahnya dengan penuh serius dengan harapan kelak naskahnya bisa diterbitkan sehingga mampu mendulang royalti, seperti para penulis yang selama ini dikenalnya.
Hingga dua bulan kemudian, satu naskah buku setebal 200-an halaman telah diselesaikannya. Setelah dikirimkan ke penerbit, ternyata jawaban penerbit sanggup membuatnya putus harapan. Naskahnya ditolak beberapa penerbit. Tapi, seorang kawan karibnya datang tepat disaat ia hendak memutuskan untuk menghentikan usahanya.
Dari kawan karibnya itulah ia kenal dengan seorang penulis yang terbilang sukses dengan buku-buku yang dipajang di rak bukunya. Dari sinilah ia mengetahui, bahwa sebelum penulis itu sukses dengan karya-karyanya, mereka juga pernah mengalami penolakan penerbit. Sebuah pengalaman yang dialami oleh hampir semua penulis pemula yang baru terjun ke dunia kepenulisan (hal. 217-219).
Beda lagi dengan kisah penulis ketika ia ditugaskan mengikuti Lomba Siswa Berprestasi tingkat Provinsi. Selain tes tulis, dialog bahasa Inggris, juga ada kreativitas dan seni. Dari semua tes itu, yang membuat penulis bingung adalah tes kreativitas dan seni. Peserta lain sudah siap dengan kreativitas masing-masing seperti gitar, piano, drum serta berbagai rakitan elektronika. Sementara itu, satu-satunya kreativitas seni yang bisa ia tampilkan adalah kaligrafi. Namun, ia kembali bingung karena tidak memiliki alat-alat perlengkapan kaligrafi. Untunglah, di kolong ranjang penginapan ia menemukan figura bekas, yang akhirnya ia jadikan bingkai untuk kaligrafi yang ia buat.
Dari ratusan siswa yang bertanding dalam perlombaan itu, hanya Ahmad Rifa’i yang membuat kaligrafi. Namun, di luar dugaan, ia dapat juara 3 (hal. 246-248). Di sinilah penulis yakin bahwa suatu masalah bukanlah kendala bagi seseorang untuk berpikir dan menjadi kreatif.
Buku Man Shabara Zhafira ini menjadi semacam rumus sekaligus “mantra” berisi energi bagi seseorang yang ingin sukses dalam karier dan kehidupannya. Makna tersirat di dalam kalimat singkat itu besar pengaruhnya dalam kehidupan seseorang yang ingin sukses dalam kehidupannya. Bahwa kesabaran adalah modal dasar para pemenang kehidupan.
Menjadi orang yang sabar, bisa nggak ya?  Pasti bisa.  Harus kita akui bahwa kesabaran adalah salah satu karakter yang dapat menunjang kesuksesan seseorang, tapi tidak mudah untuk dimiliki.  Bagi orang Kristen, memiliki kesabaran itu hukumnya adalah wajib, karena kesabaran adalah bagian dari buah-buah Roh.  Kesabaran itu sebuah kekuatan, bahkan kekuatannya melebihi seorang pahlawan dan orang yang merebut kota (baca  Amsal 16:32).  Ibarat tanaman, kesabaran itu harus dirawat dan dipupuk setiap saat supaya dapat tumbuh dengan subur, dan pada saatnya berbuah lebat.  Bila kita perhatikan, orang-orang yang sukses ternyata adalah orang-orang yang memiliki kesabaran.  Tanpa kesabaran sulit untuk meraih kesuksesan.  Banyak orang yang ingin berhasil dan sukses tapi tidak mau sabar dan tekun;  maunya sukses secara cepat (instant), tidak mau menderita.
Kesabaran adalah kunci keberhasilan.  Cobalah bertanyalah kepada orang-orang sukses di sekitar anda, mereka pasti akan mengakui bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kesabaran, karena keberhasilan itu tidak didapat secara kebetulan, melainkan melalui proses tahap demi tahap serta direncanakan dengan penuh kesabaran.  Kesabaran membuat seseorang memandang jauh ke depan.  Kita harus sabar, karena kesabaran menolong kita dari hal-hal yang merugikan diri sendiri.  Kesabaran menolong kita untuk tidak terlibat suatu masalah dengan orang lain seperti tertulis:  "Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan."  (Amsal 15:18);  Kesabaran menolong kita tetap kuat dalam menghadapi segala masalah dan tantangan yang ada.
Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Paulus harus banyak mengalami ujian dan penderitaan, tapi dia tetap sabar menjalaninya.  "Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu;  jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga."  (2 Korintus 1:6).  Begitu pula untuk memperoleh jawaban doa dibutuhkan kesabaran untuk menunggu, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Keberhasilan tidak didapat dengan instan, butuh proses yang panjang dan kesabaran.

Sumber: Dari berbagai sumber

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories