Tuhan Bergaul Erat Dengan Orang Jujur

Filed under: by: GreenGrass


"Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat."  Amsal 3:32
Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran

Bagaimana kita menggambarkan mahalnya harga sebuah kejujuran? Saat ini, karakter yang paling “mahal” barangkali adalah kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya sekarang ini menemukan kejujuran itu. Misalnya dalam pemilihan umum, semua orang yang telah melakukan pencoblosan harus menyelupkan salah satu jarinya ke tinta ungu sebagai bukti telah melakukan pencoblosan dan tidak boleh mencoblos lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa semua pemilih dalam pemilu tersebut dicurigai berpotensi tidak jujur. Semua orang diposisikan sama, baik ia sebagai pemimpin agama maupun penjahat, yakni berpotensi tidak jujur. Pelaksanaan ujian nasional (Unas) di sekolah juga tidak berbeda.

Semua siswa kita yang akan mengikuti unas tersebut dan semua pelaksananya dicurigai akan berbuat tidak jujur. Siapapun orangnya harus melakukan proses itu, sehingga dalam pelaksanaan unas mulai dari proses pembuatan soal ujian, pendistribusian soal, sampai pelaksanaannya melibatkan banyak sekali orang untuk mengawasinya. Sebut saja misalnya TPI (Tim Pemantau Independen), polisi, serta pengawas ujian. Namun, ternyata masih banyak kecurangan (tidak jujur) dalam pelaksanaan unas tersebut. Masih banyak fenomena lain yang memperlihatkan bahwa kejujuran di negara kita mahal harganya, seperti dalam penegakan hukum, politik, bahkan dalam dunia akademik di perguruan tinggi.

Makna Jujur
 jujur Dari segi bahasa berarti:
(1) yang suka pada kebenaran,
(2) yang membuktikan ucapannya dengan perbuatan, dan
(3) yang berbakti serta selalu mempercayai.

Dengan kata lain, jujur diperlihatkan dengan satunya kata dengan perbuatan. Orang yang memiliki sifat jujur dalam perkataannya selalu dapat dibuktikan dengan perilakunya. Apa yang dikatakannya selalu selaras dengan yang dipraktikkannya.
Seorang manusia yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan dictaat oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.  Kejujuran diuji dengan dua hal, apakah manusia berani jujur::
1.       Jujur kepada diri sendiri, karena hanya dia yang tahu
2.       Jujur kepada Tuhan, karena Tuhan tidak kelihatan
Sebuah kejujuran memang mahal harganya, sifat dan sikap jujur dapat terlihat dalam berbagai bentuk
Pertama,  Benar dalam perkataan. Setiap ,manusia  harus selalu berkata benar dalam keadaan apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Orang yang berkata benar akan dicintai oleh Allah. dan dipercaya oleh masyarakat. Orang yang suka berbohong tidak akan pernah dipercaya oleh masyarakat. Dan berbohong merupakan salah satu ciri orang munafiq. “Kata-kata yang baik menambah semangat, kata-kata yang menyakitkan melemahkan hasrat.” (Amsal 5:4)
Kedua, Benar dalam pergaulan. Sehubungan dengan mahalnya harga sebuah kejujuran, Tidak cukup hanya benar dalam perkataannya, tetapi juga harus benar dalam pergaulannya. Dalam pergaulannya dengan manusia lain, seorang dilarang menipu, bohong, berkhianat, dan yang sejenisnya. Dengan bekal kejujuran, seorang akan dapat bergaul dengan baik di masyarakat dan akan dipercaya oleh masyarakat. “Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan   yang baik.” (1 Kor 15:33)
Ketiga, Benar dalam kemauan. Setiap umat juga harus benar dalam kemauannya. Dengan bekal kejujuran, seorang akan dapat menuruti kemauannya yang benar. Kemauan yang benar juga harus dipraktikkan dengan cara-cara yang benar. Jangan sampai kebenaran dicampuradukkan dengan kejahatan, karena hal itu dilarang keras  “Kalau di antaramu ada orang yang bijaksana dan berbudi, hendaklah ia menunjukkannya dengan hidup baik dan dengan melakukan hal-hal yang baik, yang disertai kerendahan hati dan kebijaksanaan.” (Yakubus 3:13)
Keempat, Benar dalam berjanji. Seorang harus selalu menepati janjinya. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37)
Kelima, Benar dalam kenyataan. Seorang harus menampilkan apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya dan jangan membohongi masyarakat di sekitarnya. Kenyataan yang dialami hendaknya yang ditampakkan apa adanya kepada orang lain “Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri.   Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri  dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!” (2 Kor 10:12)

Jikalau kita ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, bergaul karib dengan Dia dan menjadi sahabatNya, ada hal-hal yang harus kita perhatikan.  Itu tidak asal.

 Syarat untuk bisa karib dengan Tuhan adalah harus hidup jujur dan tulus, karena  "...dengan orang jujur Ia bergaul erat."  Artinya kita harus menjadi orang yang terbuka di hadapan Tuhan dan tidak ada sesuatu yang kita tutup-tutupi atau sembunyikan.  Waktu kita berdoa, apa pun masalah, pergumulan, kekurangan, sukacita, bahagia, harus kita sampaikan semua kepadaNya dengan jujur dan terbuka sehingga hubungan kita denganNya tidak kaku atau sekedar pergaulan biasa, melainkan pergaulan yang sangat erat dari hati ke hati.  Ketika keintiman dengan Tuhan sampai pada taraf seperti itu kita akan bertumbuh dalam persekutuan denganNya dan kita akan semakin mengasihi Dia.  Tertulis:  "Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalannya menghina Dia."  (Amsal 14:2).

Tidak mudah menjadi orang yang jujur di zaman sekarang ini di mana banyak orang yang hidup dalam ketidakjujuran.  Mereka berprinsip:  "Jujur ajur"  (bahasa Jawa - Red.), artinya jika kita jujur kita pasti akan hancur.  Tetapi sebagai orang percaya kita dituntut untuk hidup dalam kejujuran.  Bagaimana kita bisa menjadi seorang yang jujur?  Kita harus hidup dalam ketulusan hati.  Alkitab mencatat,  "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."  (Amsal 11:3).  Jika kita ingin hidup jujur terhadap Tuhan kita juga harus tulus terhadap Dia.  Orang yang tulus adalah orang yang mengasihi Tuhan tanpa syarat, yang dalam melakukan segala sesuatu tidak akan menuntut upah.  Mengapa ada banyak pelayan Tuhan yang berselisih?  Karena mereka tidak tulus melayani Tuhan.  Orang yang tulus tidak akan mengeluh atau menggerutu dalam mengerjakan tugas pelayanannya.

Tidak banyak orang dikatakan sebagai sahabat Tuhan selain Abraham dan Musa.  Lalu ada Daud yang disebut sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan.  Apakah kita rindu menjadi sahabat Tuhan?  Hiduplah dalam kejujuran dalam ketulusan.

Daud berkata,  "Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau"  (Mazmur 25:21)

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories