"Tetapi sekarang pergilah,
katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke
Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada
kamu." Markus 16:7
Janganlah Kamu Kuatir
Pernah ada seorang tua yang hidup
di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia
memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti
itu belum pernah dilihat begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.
Orang menawarkan harga amat
tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, "Kuda
ini bukan kuda bagi saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti
seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik.
Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat. " Orang itu miskin dan
godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu. Suatu pagi ia menemukan bahwa
kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang
tua bodoh," mereka mengejek dia,"Sudah kami katakan bahwa seseorang
akan mencuri kudamu. Kami peringatkanmu bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu
miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga?
Sebaiknya anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga
setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk
oleh kemalangan.
Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?" Orang protes, "Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan." Orang tua itu berbicara lagi. "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"
Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?" Orang protes, "Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan." Orang tua itu berbicara lagi. "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut
mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau
tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya.
Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu
bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya
cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia
sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu
kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia
juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa
berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua,
kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan
kami." Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian bertindak gegabah.
Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama
dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda
hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh
cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari
sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu
kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup
ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau
satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat.
Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak
terganggu karena apa yang saya tidak tahu."
"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang. Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.
"Kamu benar," kata mereka, "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi. Orang tua itu berbicara lagi. "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."
"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang. Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.
"Kamu benar," kata mereka, "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi. Orang tua itu berbicara lagi. "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."
Maka terjadilah 2 minggu kemudian
negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta
untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka.
Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak
karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali
kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan
dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali
"Kamu benar, orang tua," mereka menangis "Tuhan tahu kamu benar.
Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi
paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya"
Orang tua itu berbicara lagi,
"Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik
kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus
pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat
atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang
tahu."
Orang tua itu benar. Kita hanya
tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup
ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat
menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai
kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.
Saya tidak tahu dari mana si
tukang kayu belajar menjaga kesabarannya. Mungkin dari Tukang Kayu lain di
Galilea. Sebab Tukang Kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya:
"Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri." Ia yang paling tahu. Ia menulis cerita kita. Dan Ia
sudah menulis bab terakhir
Berbicara tentang hari esok, tak
seorang pun yang tahu. Itulah sebabnya
kita semua tanpa terkecuali terkadang merasa was-was, takut dan kuatir karena
memang hari esok itu berada di luar jangkauan kita. Karena itu Salomo menasihati, "Janganlah memuji diri karena esok hari,
karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal
27:1). Namun, sebagai anak-anak Tuhan
tidak seharusnya itu terjadi jika kita percaya bahwa Tuhan telah berada di sana
(di sorga). Ia telah mendahului kita
dalam perjalanan kehidupan yang akan kita lalui.
Dalam kisah kebangkitan Tuhan Yesus malaikat
menyampaikan pesan kepada para wanita yang membawa rempah-rempah ke kubur
supaya memberitahukan kepada murid-muridNya bahwa Yesus telah bangkit dan telah
mendahului mereka ke Galilea. Ini menunjukkan
bahwa Tuhan telah mendahului kita di depan, hari esok ada di genggaman
tanganNya. Dalam Wahyu 1:8
dikatakan: "Aku adalah Alfa dan
Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,
Yang Mahakuasa." Karena Tuhan telah mendahului kita, maka Ia tahu jalan
mana yang patut kita tempuh. Dia akan
menuntun hidup kita kepada rencanaNya dan semuanya itu tidak akan mendatangkan
bahaya bagi kita. Tuhan tidak saja telah
mendahului kita tetapi Ia juga yang akan menyertai kita seperti dikatakanNya,
"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." (Matius 28:20b). Jadi tidak
ada alasan untuk kita menjadi kuatir, takut, putus asa, hilang pengharapan dan
kecewa jika kita yakin bahwa Tuhan telah mendahului kita, menyertai kita dan
berada di antara kita.
Oleh karena itu andalkan Tuhan
dalam segala hal karena Dia adalah pemegang kendali hidup kita. Semua ini harus memacu kita untuk lebih setia
dan lebih beriman lagi kepadaNya. Dalam
segala hal andalkan Tuhan karena Dia adalah pemegang kendali hidup kita.
Dunia boleh bergoncang dan orang
dunia boleh berkata bahwa esok tidak ada harapan, tapi bagi anak-anak Tuhan
masa depan itu ada dan pengharapan kita tidak akan pernah hilang karena Dia
memegang hari esok kita!
0 comments: