"Setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang
mendirikan rumahnya di atas batu."
Matius 7:24
“Bukan dengan bicara, tetapi dengan
mendengarkan kita bisa banyak belajar.” – Larry King –
Zaman dahulu, penduduk Indian di
Amerika hidup terpisah. Mereka menempati suatu area yang dikhususkan hanya
untuk suku Indian saja. Suatu hari, kepala suku Indian tersebut pergi ke kota
untuk menemui sahabatnya.
Tiba di sana ia disambut ramah
sahabatnya dan langsung dijamu makan malam. Ketika sedang asyik menyantap
makanannya, tiba-tiba si Indian berkata, “Aku mendengar suara jangkrik. Di
sudut ruangan ini pasti ada seekor jangkrik.”
Mendengar itu, sahabatnya langsung
tertawa, “Mana ada jangkrik di tempat ini? Kawan, semua jangkrik dan serangga
lainnya sudah dibasmi di kota ini.”
“Aku tidak berbohong, aku sangat
jelas mendengar suaranya. Di tempatku aku terbiasa mendengar suara kicau
burung, katak, jangkrik, dan desis ular. Oleh karena itu telingaku jadi sangat
peka.”
“Baiklah kalau kata-katamu itu
memang benar, buktikan kepadaku,” kata sang Sahabat.
Kemudian si Indian bangkit dari
tempat duduknya, berjalan mengendap-endap mulai mencari asal suara jangkrik. Ia
menempelkan telinganya ke lantai, berusaha mendengarkan lebih teliti. Kemudian
sampailah ia di dekat sebuah lemari dan memasukkan tangannya ke bawah lemari
tersebut. Dan hap…! Seekor jangkrik sudah berada di genggamannya. “Lihat ini!
Aku tidak berbohong, kan,” kata si Indian.
“Kau memang hebat! Pendengaranmu
tajam sekali!” Kemudian mereka melanjutkan makan malam mereka.
Sepuluh menit kemudian, anak
pemilik rumah itu pulang. Setelah menyapa si Indian, ia langsung cepat-cepat
naik ke lantai dua. Karena terburu-buru, sebuah uang koin jatuh dari sakunya ke
karpet yang mengalasi anak tangga. “Aku mendengar ada koin yang jatuh,” kata si
ayah.
“Aku tidak mendengar suara
apa-apa. Mungkin kau hanya mengada-ada saja. Kau pasti ingin meniruku agar
dikatakan mempunyai pendengaran yang sangat peka,” kata si Indian.
“Aku tidak mengada-ada. Tadi aku
mendengar dengan jelas kalau ada sebuah koin jatuh dari anak tangga,” katanya.
“Baiklah kalau begitu, kita cari
saja. Aku ingin lihat apakah kau benar-benar memiliki pendengaran yang peka
juga.”
Mereka pun bangkit dari kursi
masing-masing, berjalan mendekati anak tangga. Dan benar saja, belum ada lima
menit, si pemilik rumah itu sudah menemukan sebuah koin di anak tangga bagian
bawah.
“Lihat, aku menemukannya! Aku
tidak mengada-ada, bukan?” Si Indian hanya tertawa.
Tahukah Anda apa makna dari
cerita tersebut? Ya, kita mendengar sesuatu yang hanya kita anggap penting.
Karena si Indian menganggap bahwa suara jangkrik, kicau burung, mata angin, dan
sebagainya begitu penting untuk menunjukkan jalan dan cuaca, maka ia begitu
peka dengan suara tersebut. Ia tidak mendengar suara koin yang jatuh karena
tidak atau kurang fokus pada uang.
Mungkin di tempatnya uang bukanlah sesuatu yang sangat penting karena mereka
masih menggunakan sistem barter. Berbeda halnya dengan si pemilik rumah.
Baginya uang adalah segala-galanya sehingga ia sangat peka bahkan mendengar
bunyi logam saat koin itu jatuh di karpet sekalipun. Baginya jangkrik dan suara
binatang lainnya hanyalah sesuatu yang sepele sehingga ia tidak pemah
memperhatikannya dengan saksama.
Kadang kita pun hanya mau
mendengarkan orang yang kita anggap penting saja: orang tua, atasan, dan orang
yang lebih senior dari kita. Perkataan teman sebaya atau orang yang lebih muda
kurang kita perhatikan, sampai kita menyadari bahwa semua orang sebenarnya
penting dan akan membawa kita lebih dekat kepada kesuksesan dan
kebahagiaan.
Mulai hari ini, kita belajar
untuk mendengarkan semua orang, muda atau tua, dan tidak menyepelekannya.
Perkataan dan informasi yang mereka berikan pasti akan berguna bagi
kelangsungan masa depan kita. Mari kita belajar peka dan lebih teliti dalam
mendengar ucapan seseorang. Setelah itu lihatlah apa yang akan terjadi
Dalam bahasa Yunani ketaatan
disebut 'aqu-o' yang artinya dalam bahasa Inggris adalah 'I will obey'. Ketaatan yang dimaksud di sini bukan sekedar
taat, tetapi juga mengandung arti mendengar.
Tidak ada orang yang bisa taat jika tidak mendengar terlebih dahulu,
lalu menyimpannya dalam hati, merenungkannya dan kemudianh melakukannya.
Itulah sebabnya nabi Yesaya
berkata, "Tuhan Allah telah
memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat
memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam
pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4). Yesaya mengatakan bahwa setiap pagi Tuhan
mempertajam pendengarannya untuk mendengar karena tidak mungkin seseorang bisa
taat tanpa mendengar terlebih dulu. Ini
berarti kita mendengar perintah Tuhan melalui kebenaran firmanNya, lalu kita
taat dan pada saatnya kita akan melihat berkat Tuhan dinyatakan atas hidup kita
seperti tertulis, "Tuhan akan
mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik
dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang
kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13).
Ketaatan tidak hanya sekedar melakukan. Banyak orang Kristen yang kelihatannya taat
padahal ia melakukan itu semua dengan tidak tulus, merasa sungkan atau
terpaksa. "Ah, tidak enak tidak
datang ke gereja karena sering ditelepon oleh pendeta saya; Yah... aku terpaksa datang ke persekutuan doa
karena dijemput terus oleh teman, tidak bisa menolak." Ada juga yang datang ke gereja karena
memiliki motivasi-motivasi tertentu. Apakah
ini bisa disebut taat? Jadi, jika
seseorang kelihatannya melakukan sesuatu yang baik tidak selamanya karena
taat. Ketaatan harus benar-benar
jelas. Dimulai dari mendengar, artinya
mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak Tuhan, lalu dengan sungguh-sungguh
kita lakukan karena kita taat kepadaNya.
Mari kita terus mempertajam
pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari sehingga kita semakin kuat
di dalam Tuhan dan menjadi anak-anakNya yang taat.
0 comments: