"Orang yang baik
mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang
baik..." Lukas 6:45a
“Siapa yang mau mencintai hidup dan mau
melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya
terhadap ucapan-ucapan yang menipu”
Akhir- akhir ini kita banyak
mendengar berita tentang artis yang dilaporkan hanya karena kasus pencemaran
nama baik. Misalnya saja salah satu artis komedi dan presenter yang membintangi
acara komedi distasiun televisi dilaporkan kepada pihak berwajib karena
perkataan yang dia ucapkan membuat pihak lain sakit hati dan merasa nama
baiknya dicemarkan karena menjadi bahan tertawaan orang banyak. Jika sudah
terjadi begitu bagaimana? Yang ada hanya penyesalan dibelakang. Siapa yang
dapat menduga perkataan yang diucapkan semula yang tujuannya untuk menghibur
orang banyak tetapi menjadi malapetaka buat dirinya sendiri karena perkataan
tersebut membuat orang lain sakit hati karena menyangkut nama baiknya.
Taukah kita bahwa setiap
perkataan yang keluar dari mulut kita itu menunjukan siapa diri kita
sebenarnya. Karena dalam setiap perkataan itu mengandung arti dan makna. Arti
siapa diri kita ini sebenarnya. Orang lain dapat dengan mudah menilai kita
hanya dari perkataan kita. Penuh kasih kah kita? Dapatkah kita dijadikan
sahabat yang memegang rahasia dengan tidak menceritakan lagi kepada orang lain?
Adakah hikmat dan pengetahuan ditemukan dalam diri kita? Itu semua dapat
dilihat dan dinilai oleh orang lain hanya dari perkataan. Ataukah kita menjadi
asbun yaitu “asal bunyi”, semua hal kita ceritakan kepada semua orang tampa
memikirkan akibatnya. Bahkan keburukan dan kejelekan orang diceritakan.
Sadarkah kita akan hal itu?
Menceritakan hobby kita yang
bermanfaat yang dapat dipelajari orang banyak. Menceritakan lingkungan kita dan
harapan kita agar lingkungan kita maju. Bukan berarti kita berlagak/sok pintar
menjadi orang yang sempurna yang tidak pernah kesal dan marah dengan hanya
menceritakan hal yang berbau positif. Kita juga pernah mengalami sakit
hati,kemarahan dan kebencian. Tetapi mari kita belajar untuk bisa menahan diri
kita dan emosi kita untuk tidak menceritakan secara berlebihan apalagi mengejek
dan mencaci maki melalaui perkataan kita baik lisan maupun tulisan. Karena apa
yang keluar dari mulut itu semua berasal dari dalam hati dan setiap perkataan
yang kita ucapkan kelak akan kita pertanggungjawabkan.
Berhati-hatilah terhadap apa yang
kita perkatakan baik itu langsung maupun lewat tulisan. Jangan sampai kita
menyakiti orang lain dan berakibat fatal buat diri kita sendiri. Biarlah setiap
perkataan yang keluar dari mulut kita, membawa berkat dan sukacita buat yang
mendengarkannya
Penulis Amsal berkata, "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah,
siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Ini menandakan bahwa apa yang kita ucapkan,
atau perkataan yang keluar dari mulut kita itu angat berdampak karena apa yang
kita ucapkan dan kita percayai akan benar-benar terjadi. Tuhan Yesus berkata, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam
laut, dan ia akan taat kepadamu."
(Lukas 17:6)
Karena perkataan kita itu sangat
penting, maka kita perlu memastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu sesuai
dengan apa yang Tuhan katakan melalui firmanNya. Memperkatakan firman Tuhan adalah cara yang
sangat baik untuk membangun iman kita.
Sebagai orang percaya, setiap kita memiliki kuasa atas kehidupan atau
kematian, kemenangan atau kekalahan, berkat atau kutuk, melalui perkataan kita
setiap hari. Mari perhatikan: apa yang senantiasa kita ucapkan atau gemakan
akan sangat menentukan masa depan kita.
Perkataan kita cerminan dari apa yang ada di dalam hati kita
sendiri. Karena itu, kita harus mengisi
perbendaharaan hati kita dengan hal-hal yang baik dan benar. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua
yang benar, semua orang yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua
yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut
dipuji pikirkanlah semuanya itu."
(Filipi 4:8).
Mengucapkan yang benar akan memberikan
pengaruh yang baik dalam setiap area kehidupan kita. Karena itu kita harus menjaga perkataan iman
kita, sebab iman dilepaskan melalui mulut atau ucapan kita dan itu sangat
menentukan masa depan kita. Ketika Musa
mengutus 12 orang untuk mengintai negeri Kanaan, hanya Yosua dan Kaleb yang
memperkarakan hal-hal baik sebagai perkataan iman. Sedangkan 10 orang lainnya (mayoritas)
memberikan laporan yang negatif atau buruk.
Seluruh rakyat justru terpengaruh dengan laporan yang negatif itu
sehingga mereka tawar hati dan menolak untuk memasuki negeri itu. Akibat dari ketidaktaatan itu Tuhan
'mendidik' mereka di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya, sampai
semua angkatan yang memberontak itu mati, kecuali Kaleb dan Yosua.
Bangsa Israel mengalami kegagalan
karena lebih percaya pada perkataan-perkataan negatif.
0 comments: