Kemesraan Dalam Berumah Tangga

Filed under: by: GreenGrass


“Tetapi mereka tetap mesra di dalam berhubungan intim”. (Kejadian 26 : 8)
Kemesraan suami istri dalam membina rumah tangga haruslah terus dijaga dan dipupuk. Semakin tua usia pernikahan itu seharusnya semakin mesra. Masing-masing berusaha untuk membahagiakan pasangannya. Jangan sepelekan ucapan “I love you” atau “I miss you”, ringan diucapkan tapi besar dampaknya.

Biasakan saat bangun tidur mencium pasangan Anda. Jangan malah sibuk mencari smartphone, sibuk membaca timeline di twitter atau menulis status.Pasangan lebih penting dibandingkan eksis di dunia maya. Sekali-kali berdoalah bersama, mandi bersama, sarapan bersama, olah raga bersama dan melakukan aktivitas lain bersama-sama.

Milikilah waktu hanya untuk berdua. Gunakan waktu itu untuk bicara dari hati ke hati, pergi ke tempat yang disuka, dan melakukan hal-hal lain yang membuat kita keluar dari rutinitas hidup. Waktu berdua dengan pasangan hidup itu adalah waktu produktif. Walau mungkin tidak menghasilkan sesuatu yang kasat mata, tapi kebahagiaan, ketentraman dan kenikmatan hidup datang menjelma.

Mesra bukan hanya saat berdua. Dimanapun dan kapanpun, kemesraan itu harus ada walau tentu dalam kadar yang berbeda. Kemesraan akan terus terpelihara bila sang pasangan masing-masing memiliki mentalmelayani. Kemauan untuk terus melayani pasangan hidup harus muncul dari dalam hati. Jangan takut untuk mengungkapkan perasaan sayang dan cinta pada pasangan sebab itulah salah satu penguat jalinan sebuah ikatan mahligai pernikahan

 Untuk suami…Jangan “pelit” kepada istri Anda, berilah kesempatan seluas-luasnya agar ia menikmati hidup.

Untuk Istri…Jangan memaksa semua keinginanmu sadarilah kemampuan suami…
Salah satu kesalahpahaman yang umum beredar di kalangan pasangan nikah adalah, berkaitan dengan soal waktu, "kualitas" jauh lebih penting ketimbang "kuantitas."  Sudah tentu kualitas penting oleh karena pada akhirnya terpenting bukanlah sekadar menghabiskan waktu melainkan membagi dan menikmati waktu bersamanya.  SUNGGUHPUN DEMIKIAN KITA PERLU MENGINGAT BAHWA KUALITAS HANYA ADA DI DALAM HITUNGAN ATAU RENTANG WAKTU.  Jadi, makin banyak waktu bersama, makin besar kemungkinan terjadinya sebuah interaksi yang positif dan membangun. 

Juga, bukankah kita tidak selalu dapat merencanakan dan memastikan terciptanya waktu yang bermakna?  Ibarat  tamasya, kita tidak senantiasa melihat pemandangan yang indah setiap waktu—hanya pada momen tertentu barulah kita dapat memandang sesuatu yang indah.  Itu sebabnya kita tidak dapat memisahkan kualitas dari kuantitas.  Di dalam kuantitas waktu, barulah kita berkemungkinan mencicipi waktu yang berkualitas.
Waktu Bersama dan Pertumbuhan Relasi Nikah
Berikut ini akan dipaparkan pengaruh menghabiskan"waktu bersama pasangan" pada pertumbuhan relasi nikah.  Ada dua hal penting yang hanya dapat bertunas di dalam koridor waktu bersama:
a.       KETERBIASAAN

b.      PENYESUAIAN. 
 Makin banyak kita menghabiskan waktu bersama pasangan, makin cepat terjalinnya keterbiasaan.  Makin kita terbiasa dengan kehadirannya, kita pun akan makin cepat menjadikannya sebagai bagian permanen dalam hidup kita.  Alhasil kita pun akan berkesempatan membangun hidup bersamanya.

Sebagai contoh, tatkala pulang ke rumah, kita tahu bahwa pasangan sudah menunggu dan menyiapkan makanan.  Atau sebagai istri, pada pagi hari kita bangun untuk menyiapkan makanan buat suami.  Kendati tampaknya kecil dan tak bermakna sebenarnya aktivitas rutin seperti ini menciptakan sebuah struktur kehidupan di mana kita berdua bernaung di bawahnya.    Di dalam tumpukan sejuta keterbiasaan kecil seperti inilah relasi dibangun.

Kedua, makin sering kita menghabiskan waktu bersama, makin terbuka kesempatan kita untuk berinteraksi dan mengamati satu sama lain.  Ini berarti, pengenalan terjadi dan penyesuaian dapat segera dimulai.  Sudah tentu pengenalan tidak secara otomatis akan menghasilkan penyesuaian; kita harus bekerja keras menyesuaikan diri. Bila kita berhasil melakukannya, kita akan dapat menikmati relasi nikah yang sehat.

Mungkin sampai di sini akan ada yang bertanya, “Bukankah ada pasangan yang tidak menghabiskan banyak waktu bersama namun tampaknya relasi mereka tumbuh dengan baik sedangkan ada pasangan yang menghabiskan waktu bersama namun relasi mereka tetap bermasalah?”  Pengenalan tidak secara otomatis menghasilkan penyesuaian.  Pengenalan mungkin malah mencelikkan mata kita terhadap karakter dan kebiasaan pasangan yang buruk.  Nah, bila ini yang terjadi, sudah tentu diperlukan usaha yang lebih keras untuk membereskan masalah yang pasti timbul.

Jika kita melihat adanya pasangan nikah yang hidup dan bertumbuh sehat kendati tidak menghabiskan waktu sebanyak pasangan lain, besar kemungkinan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa KITA TIDAK MASUK KE DALAM PERNIKAHAN DENGAN MODAL YANG SAMA.  Ada yang memulai pernikahan dengan sekantong masalah namun ada pula yang mengawali pernikahan dengan segudang masalah.  Dapat dipastikan, jika kita membawa segudang masalah, kita memerlukan lebih banyak waktu dan usaha untuk membereskannya dan membangun relasi nikah yang sehat. 

Pada umumnya pribadi yang dirundung masalah bertumbuh menjadi pribadi yang tidak dewasa.  Ketidakdewasaan niscaya menghambat proses penyesuaian sebab KETIDAKDEWASAAN MEMBUAT KITA SULIT MENDENGAR DAN BERUBAH.  Ketidakdewasaan biasanya juga dikaitkan dengan BESARNYA KEBUTUHAN EMOSIONAL YANG PERLU DIPENUHI.  Ini pun akan mengganggu proses penyesuaian.  Singkat kata, ada sejumlah faktor lain yang berperan dalam proses penyesuaian, bukan hanya menghabiskan waktu bersama.  Namun demikian, UNTUK MENYELESAIKANNYA DAN MENCIPTAKAN PENYESUAIAN, TETAP DIPERLUKAN WAKTU BERSAMA.  

 “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: ‘Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,’ sedangkan yang diminta ada padamu”. (Amsal 3:27-28) Jadi firman Tuhan meminta kita untuk memberikan kepada orang yang memang berhak menerima kebaikan, kita juga perlu memberikan kepada pasangan kita hal yang memang perlu yaitu waktu. Jadi kalau kita sebagai pasangan nikah tidak bisa memberikan itu maka akan repot. Jadi berikanlah dan jangan berkata kepada pasangan kita, “Pergilah, besok baru kuberi”. Tidak bisa seperti itu jadi sedapatnya kita berikan.

 

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories