Rabu Abu: Saatnya Menjadi Orang Yang Peduli Kepada Sesama

Filed under: by: GreenGrass

“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Amsal 19:17).

Seorang executive muda bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"



Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening. Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.



Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Puji Tuhan... Terima kasih Tuhan... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang sehat. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, puji Tuhan akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.



Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya. Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita.



Dalam ajaran kristiani kita diajarkan untuk menjadi manusia yang peduli, menjadi saluran berkat. Berkat yang kita terima kita sisihkan untuk kita salurkan. Ajaran ini tentunya menjadi tantangan, sebab sudah pada dasarnya manusia itu lebih suka diberi daripada memberi; lebih suka menerima daripada menyalurkan. Pikiran manusia lebih sering terfokus bagaimana mengambil daripada bagaimana memberi. Oleh sebab itulah memberi menjadi tantangan bagi umat manusia, sebab secara hitung-hitungan matematis tidak ada manusia yang menginginkan apa yang ada padanya menjadi berkurang. Namun seiring dengan kehendak Allah dalam FirmanNya, betapa indahnya bila manusia di bumi tidak hanya memikirkan untuk dirinya sendiri, namun mulai belajar menjadi berkat bagi orang lain. Itulah sebabnya nas kita hari ini berkata: “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.”

Oleh karenanya, marilah membuat keputusan hari ini bahwa kita akan mulai menjadi "berkat" bagi orang lain? Dan ingat, kasih sejati selalu didukung dengan tindakan kita. Orang-orang yang melihat kita, dan salah satu kesaksian terbaik yang kita bisa hanya dengan menjadi baik kepada orang-orang. Jika kita bangun setiap hari dan berfokus pada bagaimana kita dapat menjadi berkat dan tidak hanya pada bagaimana kita bisa mendapatkan berkat, Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita sendiri ketika kita memenuhi kebutuhan orang lain. Alkitab mengatakan orang akan tahu Kristen sejati oleh buah mereka (lihat Matius 7:15-23). Mereka tidak akan tahu kita dengan berapa banyak ayat Alkitab yang kita kutip. Mereka tidak akan tahu kita dengan berapa banyak stiker Kristen kita miliki di mobil kita. Orang-orang akan benar-benar tahu bahwa kita orang percaya ketika kita membantu orang lain, memenuhi kebutuhan, melakukan perbuatan baik, ketika kita adalah pembawa "berkat" dengan kata-kata dan tindakan kita

Dalam masa prapaskah ini kita diajak untuk berpuasa dan matiraga, untuk memperbaiki hidup kita dan mengarahkan hidup kita sesuai dengan semangat Yesus sendiri. Kita diajak oleh Gereja untuk banak berdoa dan berbuat baik bagi orang lain. Namun kita diingatkan oleh Yesus, agar kita berdoa, berpuasa, berbuat baik kepada orang lain, bukan karena ingin dilihat orang lain, tetapi kita melakukannya dengan rendah hati dan ketulusan demi mengikuti Tuhan sendiri.

Kita diingatkan bila memberikan derma agar tidak usah berteriak-teriak supaya semua orang tahu. Kalau kita berdoa sebaiknya di kamar saja, tidak usah di jalan raya agar dilihat orang. Bila kita berpuasa, supaya tidak menunjukkan muka muram tetapi muka gembira agar orang lain tidak tahu. Secara umum kalau kita berbuat baik, supaya bukan karena ingin dilihat orang, tetapi karena tulus demi mencintai Tuhan.

Marilah kita memasuki masa prapaskah dengan hati tulus. Marilah kita kembangkan semangat kita untuk berbagi dengan orang lain selama masa prapaskah ini.

0 comments:

Grab this Widget ~ Blogger Accessories