"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Mat
13:. 9)
Yesus sendiri sudah memberikan
arti dari perumpamaan tersebut dalam ayat-ayat selanjutnya. Tetapi perhatikan
bahwa dalam perumpamaan ini, ada 3 faktor utama: si penabur, benih dan tanah.
Tiga faktor ini memegang peranan penting dalam perumpamaan ini karena tanpa
salah satu dari ketiga faktor tersebut, maka benih tidak dapat tumbuh.
Siapa yang dimaksud dengan si
penabur? Dalam konteks ini si penabur dapat berbicara tentang Allah itu
sendiri, Tuhan Yesus, atau orang-orang yang menyampaikan Firman Allah. Kita
yang berperan sebagai pengkhotbah, penginjil, pendeta, atau bahkan penulis
renungan termasuk dalam golongan ini. Memang Tuhan tidak memerintahkan kita
untuk menabur hanya di tanah yang subur. Akan tetapi alangkah baiknya jika si
penabur sudah mempersiapkan diri dengan baik, mengetahui kemana ia akan menuju,
dan mengetahui mana-mana saja tanah yang subur, yang siap untuk ditabur. Lebih
baik lagi apabila si penabur sudah mempersiapkan benih dan juga tanahnya
sehingga pada hari-H, si penabur dapan menabur dengan tepat dan efektif.
Lalu apa yang dimaksud dengan
benih? Benih itu adalah Firman Allah sendiri. Memang benih ini adalah faktor
yang sudah ada dari Tuhan. Akan tetapi benih ini pun harus dipersiapkan dengan
baik jika si penabur mau menabur dengan tepat juga. Dalam pertanian, kita
mengenal ada benih yang biasa saja, dan ada juga benih unggul. Benih unggul
adalah benih yang dipersiapkan dengan begitu rupa sehingga ketika ia jatuh ke
tanah yang subur, benih itu bisa berbuah banyak. Gambaran benih unggul adalah
ketika ia bisa berbuah hingga 100 kali lipat sementara benih biasa mungkin
hanya berbuah 30 kali lipat saja.
Faktor terakhir, yaitu tanah,
adalah manusia yaitu kita semua. Tanah ini lebih khusus lagi berbicara tentang
hati manusia. Memang si penabur dan benih memiliki peranan penting dalam
kesuksesan pertumbuhan benih tersebut. Tetapi menurut saya faktor terpenting
adalah tanah tersebut. Bagaimana dengan tanah hati kita? Sudahkah kita
menyiapkan tanah hati kita, dengan cara mengangkat batu-batu yang menghalangi
dan semak duri yang dapat menghimpit pertumbuhan benih itu? Sudahkah kita
menyiapkan tanah hati kita agar dapat menerima benih tersebut dengan
sebaik-baiknya?
Hal yang sederhana dapat kita
tanyakan kepada diri kita sendiri setiap kali kita akan beribadah di gereja.
Sudahkah kita mempersiapkan diri kita sebagai tanah yang subur, yang siap untuk
ditaburi benih kebenaran Firman Tuhan? Jika sudah, maka siapapun si penabur,
dan apapun jenis benih yang ditaburkan, semua bisa tumbuh dalam hati kita.
Tetapi jika tidak, mau si penabur adalah si penabur yang super, mau benihnya
adalah benih yang paling unggul, tetapi jika hati kita hanya terisi dengan batu
dan semak duri, benih itu tidak akan tumbuh.
Ada tiga hal yang bisa
mengagalkan benih firman Tuhan untuk tumbuh subur dan berbuah 100 kali lipat,
60 kali lipat, dan 30 kali lipat adalah:
1.
Iblis, ketika iblis yang mencobai Yesus dan ia
tidak berhasil ia tidak menyerah namun pergi dan mencari saat manusia lengah
dan lemah untuk dikuasainya, seperti benih yang jatuh dipinggir jalan lalu
datanglah burung memakannya, lalu habis tidak tersisa, begitu juga firman yang
kita dengan lalu iblis menggoda manusia untuk tidak mengamalkannya dalam
keseharian hidup manusia.
2.
Tidak berakar, seperti benih yang jatuh di
bebatuan, manusia menerima firman Tuhan penuh dengan kegembiraan,
menggebu-gebu, tetapi kemudian manusia sibuk dengan berbagai kesenangan hingga
akhirnya ia murtad
3.
Persoalan hidup yang menghimpit, seperti benih
yang jatuh di samak duri, ketika manusia dihadapkan pada persoalan ekonomi
keluarga, persoalan pekerjaan maka sering manusia tidak sanggup untuk bertahan
dan mencari jalan yang mudah.
Pertanyaan untuk instropeksi kita
pada hari ini, sudahkah kita melakukan bagian kita? Jika ya, maka tinggal
tunggu waktunya saja maka benih itu akan berbuah lebat. Jika tidak, maka mau
sampai kapanpun benih itu tidak akan pernah tertanam dalam hati kita. Ingatlah
akan perkataan Tuhan Yesus sendiri: "Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!" (ay. 9).
Benih berbicara tentang firman Tuhan
(Injil). Sedangkan penabur yang dimaksud adalah para pelayan Tuhan,
orang-orang yang dipercaya untuk menaburkan firman Tuhan atau memberitakan
Injil Kerajaan Allah. Ada pun jenis-jenis tanah yang ditaburi benih itu
menggambarkan keadaan hati setiap orang. Perbedaan jenis tanah
menunjukkan perbedaan respons masing-masing orang terhadap firman yang mereka
terima, sehingga keadaan tanah hati kita sangat menentukan apakah ada dampak
dari firman yang kita terima
"Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah
waktunya untuk mencari Tuhan," (Hosea 10:12b). Begitu
pentingnya hati sehingga Salomo pun menasihatkan, "Jangalah hatimu
dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."
(Amsal 4:23).
0 comments: