Gereja Katolik mengajarkan bahwa Tuhan berkuasa menentukan apakah seseorang
yang meninggal itu masuk surga, neraka, atau jika belum siap masuk surga,
dimurnikan terlebih dulu di Api Penyucian. Bahkan, dengan mendoakan jiwa-jiwa
tersebut, kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya, dan
perbuatan ini sangat berkenan bagi Tuhan (bdk 2 Mak 12:38-45).
Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah
yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu:
1)
yang
masih mengembara di dunia,
2)
yang
sudah jaya di surga dan 3) yang masih dimurnikan di Api Penyucian.
Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya
saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat
menolong yang lemah (Rm 15:1),
Gereja Katolik mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan kasih yang didasari iman
sangatlah berguna bagi keselamatan kita (baik yang didoakan maupuan yang
mendoakan). Jika “kasih” di sini diartikan menghendaki hal yang baik terjadi
pada orang lain, dan jika kita ketahui bahwa maut tidak memisahkan kita sebagai
anggota Tubuh Kristus (lih. Rom 8:38-39), maka kesimpulannya, pasti berguna
jika kita mendoakan demi keselamatan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal.
Sebab perbuatan kasih yang menghendaki keselamatan bagi sesama, adalah ungkapan
yang nyata dalam hal “bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu” (Gal 6:2).
Maka memang, mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal bagi orang
Katolik merupakan salah satu perbuatan kasih yang bisa kita lakukan, terutama
kepada orang-orang yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah
salah satu dogma yang semestinya kita jalankan, sebagai orang Katolik. Tentu
saja, kita tidak bisa memaksakan hal ini kepada mereka yang tidak percaya.
Namun bagi kita yang percaya, betapa indahnya pengajaran ini! Kita semua
disatukan oleh kasih Kristus: kita yang masih hidup dapat mendoakan jiwa-jiwa
yang di Api Penyucian, dan jika kelak mereka sampai di surga, merekalah yang
mendoakan kita agar juga sampai ke surga. Doa mereka tentu saja tidak
melangkahi Perantaraan Kristus, sebab yang mengizinkan mereka mendoakan kita
juga adalah Kristus, sebab di atas semuanya, Kristuslah yang paling
menginginkan agar kita selamat dan masuk ke surga. Jadi doa para kudus saling
mendukung dalam karya keselamatan Allah bagi manusia. Kita tergabung dalam satu
persekutuan orang-orang kudus, karena kita semua adalah anggota Tubuh Kristus
yang diikat oleh kasih persaudaraan yang tak terputuskan oleh maut, sebab
Kristus Sang Kepala, telah mengalahkan maut itu bagi keselamatan kita
Menurut Kitab Suci
1)
"Lebih
kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan
kurban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat,
oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan
bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah
mendoakan orang-orang mati." (2 Makabe 12:43-44)
2)
"Sebab
aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita."(Roma 8:38-39) Kita
meyakini bahwa kasih Kristus tidak putus saat seseorang meninggal. Justru,
kasih inilah yang menjadikan adanya Gereja Berziarah, Gereja Menderita, dan
Gereja Berjaya. Kasih ini memberikan kita semua kesempatan untuk saling
mendoakan dan saling tolong-menolong menanggung beban (Galatia 6:2)
3)
"Kiranya
Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya."
(2 Tim 1:18) Ayat ini adalah doa Rasul Paulus saat mendoakan Onesiforus yang sudah meninggal. Onesiforus adalah sahabat Paulus yang rajin mengunjunginya saat ia dipenjara. Di sini kita melihat bahwa Rasul Paulus pun memohon belas kasih Tuhan kepada jiwa sahabatnya itu pada saat kematiannya. Hal ini tentu tidak masuk akal jika doa bagi orang meninggal tidak ada gunanya.
(2 Tim 1:18) Ayat ini adalah doa Rasul Paulus saat mendoakan Onesiforus yang sudah meninggal. Onesiforus adalah sahabat Paulus yang rajin mengunjunginya saat ia dipenjara. Di sini kita melihat bahwa Rasul Paulus pun memohon belas kasih Tuhan kepada jiwa sahabatnya itu pada saat kematiannya. Hal ini tentu tidak masuk akal jika doa bagi orang meninggal tidak ada gunanya.
4)
"Tetapi tentang kebangkitan orang-orang
mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati,
melainkan Allah orang hidup." (Matius 22 : 31-32)
0 comments: